Banyaknya perusahaan ritel yang berguguran membuat perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan hal tersebut berdampak pada berkurangnya lapangan pekerjaan pada sektor formal dan bertambahnya jumlah pengangguran. Namun, banyaknya lapangan pekerjaan pada sektor informal membuat jumlah pengangguran berkurang. Salah satu sektor informal yang saat ini sedang mengalami peningkatan yaitu industri kuliner. Banyaknya wirausahawan muda yang baru membuka usaha kuliner, membuat adanya persaingan satu dengan yang lain. Membuka usaha di usia muda dan di tengah banyaknya persaingan tidak luput dari adanya suatu risiko. Untuk menjadi seorang wirausaha maka dibutuhkan keberanian dalam bertindak, mengambil keputusan, dan kemampuan dalam menanggung risiko. Perilaku tersebut disebut juga sebagai risk taking behavior. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran risk taking behavior wirausahawan muda di industri kuliner. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan alat ukur risk taking behavior. Alat ukur risk taking behavior memiliki 24 item dan memiliki 3 dimensi. Alat ukur risk taking behavior ini diadaptasi dari peneliti awal, yaitu Songan (2006). Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah 99 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu accidental sampling. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan membuat norma berdasarkan hasil jawaban partisipan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat risk taking behavior wirausahawan muda pada penelitian ini cenderung rendah. Hal tersebut terlihat melalui hasil analisis, yaitu jumlah partisipan dengan risk taking behavior rendah berjumlah 35 orang, sedangkan pada kategori sedang dan tinggi berjumlah 32 orang. Selain itu, berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara risk taking behavior laki-laki dan perempuan.. |