Emerging adulthood merupakan tahap perkembangan yang diantara usia 18 hingga 25 tahun. Pada tahap perkembangan emerging adulthood, seseorang akan melakukan eksplorasi identitas. Proses eksplorasi ini adalah salah satu bentuk kemandirian yang dibangun emerging adult untuk mulai bisa menentukan pilihan di dalam hidupnya. Ada kemungkinan bahwa selama proses eksplorasi ini, emerging adult mengambil keputusan yang salah atau menghadapi hambatan tertentu. Disinilah peranan orangtua masih dibutuhkan oleh emerging adult, di mana orangtua dapat memberikan dukungan kepada emerging adult. Permasalahan muncul di saat dukungan yang disampaikan oleh orangtua tidak dipersepsikan baik oleh emerging adult. Persepsi yang keliru membuat emerging adult tidak ingin terbuka dengan orangtua. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara persepsi komunikasi suportif orangtua dan self-disclosure pada emerging adult. Partisipan penelitian ini adalah 391 mahasiswa yang berada pada rentang usia 18 hingga 25 tahun dan tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya (tidak tinggal di kost) dan berdomisili di Jabodetabek. Peneliti mendapatkan partisipan melalui metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Dalam menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan alat ukur Skala Komunikasi Suportif Orangtua dan The Jourard Self-disclosure Questionnaire untuk selanjutnya dilakukan uji korelasi. Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi komunikasi suportif orangtua dan self-disclosure pada emerging adult (rs (391) = .608, p>.01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik persepsi komunikasi suportif orangtua, maka emerging adult akan semakin terbuka. |