Tionghoa Benteng merupakan sebutan masyarakat keturunan Tionghoa di wilayah Tangerang. Pembeda antara Tionghoa Benteng dengan Tionghoa lainnya adalah adanya akulturasi dengan masyarakat pribumi asli Indonesia karena lingkungan dan budaya tempat mereka tinggal. Berbeda dengan asumsi bahwa etnis Tionghoa hidup berkecukupan secara ekonomi, masyarakat Tionghoa Benteng hidup di bawah garis kemiskinan, khususnya di daerah Sewan, Tangerang. Dampak dari persepsi ini adanya diskriminasi dari segi pengurusan hak sipil dan politik, serta dari golongan Tionghoa kalangan menengah ke atas. Diskriminasi dalam hal etnis minoritas berhubungan dengan stres psikologis dan tingkat PWB yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being (PWB) Tionghoa Benteng di Sewan Tangerang. PWB merupakan evaluasi individu yang meliputi beberapa dimensi yaitu tujuan hidup, otonomi, pertumbuhan pribadi, penguasaan lingkungan, dan penerimaan diri. Pentingnya mengetahui PWB adalah individu dengan PWB yang tinggi dapat mencegah penyakit mental dan psikopatologi, serta berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental. Masyarakat Tionghoa Benteng di Sewan Tangerang rata-rata berada di bawah garis kemiskinan dan tidak mendapat bantuan dari pemerintah secara merata. Hal ini dapat berpengaruh pada kesehatan dan juga PWBnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai tiga orang kepala keluarga yang merupakan warga Tionghoa Benteng, berdomisili, lahir, dan dibesarkan di wilayah Sewan Tangerang. Peneliti menganalisa kondisi PWB ketiga partisipan berdasarkan teori Ryff. Hasil penelitian ini adalah satu dari tiga partisipan memiliki kondisi PWB yang sangat baik. Satu diantaranya mengalami kendala pada dimensi otonomi, dan satu diantaranya mengalami kendala pada dimensi pertumbuhan pribadi. Perbedaan pembentukan PWB ini tidak terfokus pada situasi ekonomi yang mereka alami, melainkan pada beberapa faktor lain seperti pengalaman subyektif dan usia. Hasil penelitian ini mendukung dasar PWB yang menekankan pada kehidupan yang bermakna dan pengembangan potensi diri, bukan pada aspek hedonis. |