Mahasiswa etnis Papua berada dalam lingkungan Jakarta dengan budaya baru yang berbeda. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah diantaranya adalah stigma sosial sebagai golongan minoritas hingga perlakuan diskriminasi, serta potensi adanya culture shock. Permasalahan tersebut dapat memunculkan adanya minority stress dalam diri individu dan membawa individu kedalam kondisi tidak menyenangkan (adversity). Hal ini dapat menghambat proses mahasiswa etnis Papua untuk beraktivitas, sehingga mengganggu pencapaian tujuan menjalani proses kuliah. Mahasiswa etnis Papua membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi perbedaan tersebut. Dalam hal ini faktor resiko dan faktor protektif dipilih karena menjadi faktor yang berpengaruh pada proses perkembangan resiliensi mahasiswa etnis Papua dalam kehidupan sosial di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor resiko dan faktor protektif yang dimiliki mahasiswa etnis Papua di Jakarta. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori resiliensi Ungar (2007), dimana teori tersebut menekankan bahwa faktor resiko dan faktor protektif dapat berbeda tergantung konteks latar belakang partisipan penelitian, dimana kedua faktor tersebut dapat berasal dari latar belakang budaya, kondisi lingkungan sosial-ekologi, hubungan individu dengan pihak-pihak dalam lingkungan sosial-ekologi, dan faktor internal individu. Hasil dari kedua faktor ini dapat berbeda apabila diterapkan dalam konteks yang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode thematic analysis, serta menggunakan pedoman wawancara yang tersusun sistematis dan metode observasi. Terdapat empat partisipan dalam penelitian ini yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini mendefinisikan apa saja faktor resiko maupun faktor protektif yang dimiliki oleh setiap partisipan melalui setiap lingkungan berdasarkan keempat aspek. Terdapat persamaan faktor resiko maupun faktor protektif pada setiap partisipan terutama dalam aspek kondisi dan hubungan dalam lingkungan keluarga, lingkungan kuliah, sosial masyarakat Jakarta, dan teman sebaya. Sementara perbedaan cukup banyak teridentifikasi melalui lingkungan sekitar tempat tinggal dan faktor internal individu. |