Bullying adalah salah satu perilaku negatif yang banyak terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying yang terjadi diperkirakan secara langsung mempengaruhi ratusan juta remaja setiap tahun di seluruh dunia (Volk, Dane, Marini, & Vaillancourt, 2006). Selain itu Jamil (2003) berpendapat bahwa pada umumnya remaja laki-laki akan menunjukkan dorongan yang kuat untuk berorientasi pada perilaku bullying, sedangkan remaja perempuan cenderung memiliki perasaan terancam saat mendapat saingan dalam bidang sosialisasi yang mendorong remaja perempuan pada perilaku bullying. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran parental dan peer attachment pada remaja pelaku bullying di Jakarta. Pada penelitian ini, parental attachment akan secara lebih spesifik diukur melalui mother attachment dan father attachment. Partisipan dalam penelitian ini adalah 85 remaja pelaku bullying berusia 16-17 tahun. Alat ukur mother, father, dan peer attachment yang digunakan adalah Inventory of Parent and Peeer Attacment Revisited (IPPA-R) dari Armsden dan Greenberg (1987) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mother, father, dan peer attachment pada partisipan remaja laki-laki dan remaja perempuan pelaku bullying terjalin dengan baik. Secara lebih spesifik, partisipan perempuan pelaku bullying memiliki peer attachment yang lebih baik dibanding dengan mother dan father attachment. Hal ini dapat disimpulkan bahwa remaja perempuan pelaku bullying cenderung mengikuti dan ingin diterima dengan lingkungan kelompoknya. Pada partisipan remaja laki-laki pelaku bullying memiliki mother attachment yang lebih baik dibanding dengan father dan peer attachment, sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja laki-laki pelaku bullying memiliki hubungan attachment yang terjalin dengan baik terhadap seorang ibu. Untuk penelitian lanjut, peneliti menyarankan untuk memperluas karakteristik partisipan dan memperdalam tentang alat ukur bullying. |