Kehilangan orang yang dicintai salah satunya ibu dapat menimbulkan stres pada anak walaupun sudah menginjak usia dewasa muda. Perempuan dewasa muda lebih banyak ditemui mengalami keterpurukan jika dihadapkan dengan duka cita terkait dengan stressor yang dialaminya. Cara perempuan dewasa muda mengatasi stressor menjadi menarik untuk diteliti pada penelitian ini, karena terkait pula pada usia yang sudah menginjak dewasa muda. Penelitian dilakukan untuk melihat gambaran grief coping strategies pada perempuan dewasa muda yang kehilangan ibunya karena meninggal dunia, menggunakan dual process model coping of bereavement yang terdiri dari dua stressor, yaitu loss oriented stressor berkaitan dengan rasa kehilangan dan restoration oriented stressor berkaitan dengan mengembangkan aktivitas. Coping akan dilihat dari appraisal process positive meaning yang terdiri dari positive reappraisal, revised new goals, positive event interpretation, dan expressing positive affect dari kedua stressor. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain naratif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kepada tiga perempuan yang berusia 18-28 tahun yang belum menikah dan sudah ditinggal ibunya karena meninggal saat di usia dewasa muda dengan jangka waktu ibu meninggal sudah dua tahun atau lebih.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposeful sampling dengan jenis convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada positive reappraisal, ketiganya menemukan sisi positif dari kepergian ibunya yang memotivasi masing-masing partisipan. Pada revised new goals, ketiga partisipan sama-sama ingin memperbaiki diri, namun dalam hal dan maksud yang berbeda. Selanjutnya, pada positive event interpretation ketiga partisipan mampu melihat adanya sisi positif dari keseharian yang mereka lalui, seperti merasa lebih dekat dengan keluarga, teman dan menyadari terdapat sikap positif yang muncul pada dirinya. Terakhir, pada expressing positive affect, partisipan sama-sama mendapatkan perasaan positif namun dalam bentuk yang berbeda pada masing-masing individu, seperti partisipan pertama merasa lebih tenang, partisipan kedua merasa lebih termotivasi dan partisipan ketiga merasa senang karena terjadi perubahan hubungan keluarga yang membaik. |