Kebermaknaan hidup merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri. Proses pencarian makna hidup meliputi delapan tahapan berikut: pengalaman tragis, penghayatan tak bermakna, pemahaman diri, penemuan makna dan tujuan hidup, pengubah sikap, keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup, serta penghayatan bermakna dan kebahagiaan. Peristiwa perceraian yang terjadi pada saat anak berada di masa remaja akan menimbulkan dampak psikologis karena pada masa remajalah anak merasa sangat tidak percaya diri sehingga membutuhkan dorongan dari pihak keluarga. Belum lagi jika orangtua memutuskan untuk menikah lagi di mana anak dipaksa untuk menerima kehadiran orang baru yang mau tidak mau harus mereka akui sebagai orangtua. Dengan memaknai kehidupan yang terjadi pada keluarganya, akan menyebabkan kehidupannya berharga dan sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam untuk menggali proses kebermaknaan hidup. Purposive sampling digunakan untuk menyeleksi partisipan penelitian. Penelitian melibatkan tiga anak berusia 21 tahun, yang mengalami peceraian orangtuanya pada masa remaja (12-18 tahun), dan salah satu atau kedua orangtuanya telah menikah lagi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan latar belakang keluarga dan perceraian pada setiap partisipan, sehingga proses makna hidup yang dilaluipun berbeda-beda. Dalam proses tersebut kedatangan orang baru atau orangtua tiri dalam keluarga partisipan juga mendapatkan respon yang berbeda-beda juga. Seiring berjalannya waktu, partisipan mulai bisa menghayati perceraian dan pernikahan kembali yang dilakukan salah satu atau keduanya orangtuanya tersebut memang hal yang terbaik yang dipilih untuk dilakukan. Partisipan sudah menghayati kehidupan mereka sebagai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan menjadikan segala permasalahan terdahulu yang dialami keluarganya menjadi pembelajaran agar tidak terulang saat partisipan menjalani kehidupan berumah tangga kelak. |