Latar Belakang. Hepatitis imbas obat anti tuberkulosis (HIOAT) memiliki prognosis fatal yaitu hepatitis fulminan. Banyak faktor risiko HIOAT yang masih diteliti, salah satunya status gizi yang dinilai melalui indeks massa tubuh (IMT). Banyaknya penelitian yang dilakukan dengan hasil masih kontroversial, serta belum adanya penelitian korelasi antara IMT dan kadar alanin aminotransferase (ALT) pada pasien HIOAT membuat penelitian ini perlu dilaksanakan.
Metode. Penelitian analitik korelatif dengan pendekatan potong-lintang telah dilakukan menggunakan data rekam medis periode Januari 2015 – Agustus 2018. Sampel penelitian adalah pasien HIOAT di Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ) dengan kriteria inklusi usia =18 tahun dan konsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) lini pertama. Kriteria eksklusi yang dipakai adalah infeksi HIV, hamil, baseline aminotransferase abnormal sebelum terapi OAT, konsumsi alkohol kronis, penyakit hati lainnya, dan obat hepatotoksik lainnya.
Hasil. Prevalensi HIOAT di RSAJ periode Januari 2015 – Agustus 2018 adalah 3,14% (N=35) dari 1.114 kasus TBC. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada korelasi bermakna antara IMT dan kadar ALT pada pasien HIOAT (p-value = 0,88), kekuatan korelasi lemah dengan arah negatif (rs = -0,0265) sehingga semakin rendah IMT maka kadar ALT meningkat. Hasil penelitian yang tidak bermakna terjadi karena jumlah sampel terlalu sedikit.
Kesimpulan. Prevalensi HIOAT di RSAJ periode Januari 2015 – Agustus 2018 adalah 3,14%. Terdapat korelasi lemah dan tidak signifikan secara statistik antara IMT dan kadar ALT pada pasien HIOAT, arah korelasi negatif menunjukkan semakin rendah IMT maka kadar ALT meningkat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara IMT dan kadar ALT pada pasien HIOAT. |