Latar Belakang. Pada pemeriksaan endoskopi, agen anestesi yang umum digunakan adalah propofol, baik sebagai monosedasi maupun diberikan bersamaan adjuvan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian propofol dengan adjuvan fentanil akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dengan efek samping yang lebih minim. Namun penelitian ini, terutama pada endoskopi di Indonesia masih sangat minim.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data rekam medis Rumah Sakit Atma Jaya sebanyak 17 pasien per kelompok (propofol tunggal vs propofol-fentanil) dengan total 34 pasien yang menjalani tindakan endoskopi mulai dari bulan Februari hingga September 2018.
Hasil. Pada kelompok propofol dan propofol-fentanil didapatkan data stabilitas MAP (82,35% vs 76,47%; p=0,671), stabilitas denyut nadi (88,23% vs 88,23%; p=1,000), gerakan selama endoskopi (41,18% vs 23,53%; p=0,271), tingkat kepuasan pasien (4,76 vs 4,82; p=0,671) maupun operator (4,64 vs 4,88; p=0,368) yang sedikit lebih baik pada kelompok propofol-fentanil, tetapi perbedaannya tidak signifikan (p>0,05). Pada kedua kelompok, tidak didapatkan pasien yang membutuhkan intervensi jalan napas. Perbedaan yang bermakna ditemukan pada rata-rata penggunaan propofol selama tindakan, yaitu 117,4±27,9 µg/kgBB/menit pada kelompok propofol tunggal dan 81,4±40,8 µg/kgBB/menit pada kelompok propofol dengan adjuvan fentanil (p=0,006).
Kesimpulan. Pada penggunaan agen anestesi propofol dengan adjuvan fentanil tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada stabilitas tanda vital, pergerakan selama endoskopi, kebutuhan intervensi jalan napas, tingkat kepuasan pasien dan operator dibandingkan kelompok agen anestesi propofol tunggal, namun memiliki kebutuhan rata-rata jumlah penggunaan propofol selama tindakan yang lebih sedikit, sehingga lebih efektif selama tindakan endoskopi berlangsung. |