Identitas dalam konsep Marcia memiliki delapan domain, diantaranya pekerjaan, agama, politik, gaya hidup, pertemanan, hubungan dengan lawan jenis, peran gender, dan rekreasi. Dalam memenuhi tugas identitas, remaja mengalami proses pembentukan identitas melalui tahap eksplorasi dan komitmen. Orangtua menjadi salah satu peran yang berpengaruh. Hal tersebut ditunjukkan oleh faktor pembentuk identitas remaja, salah satunya identifikasi, pola asuh, dan ekspektasi orangtua. Nilai budaya Indonesia pun menuntut ibu sebagai peran yang dominan dalam pemberian nilai identitas. Di sisi lain, ibu menjadi sosok penting dalam memonitor perilaku dan mendengarkan keluh kesah remaja. Apabila membahas mengenai ibu yang mengalami skizofrenia, peran tersebut dapat terdistraksi halusinasi dan delusi yang dimiliki. Padahal, anak yang sudah beranjak remaja berusaha mensintesis nilai yang didapat dari ibu sebagai bekal dalam pembentukan identitas. Hingga akhirnya, penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kondisi ibu yang mengalami skizofrenia terhadap tahap eksplorasi dan komitmen delapan domain identitas remaja dan faktor yang membentuk identitas. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif melalui wawancara untuk memahami proses remaja dalam melakukan tahap eksplorasi dan komitmen pada kedelapan domain identitas. Adapun, metode purposeful sampling dilakukan untuk mendapatkan dua partisipan penelitian. Kedua partisipan merupakan laki laki dan perempuan berumur 21 dan 22 tahun yang memiliki ibu dengan skizofrenia dan saat ini sedang tinggal bersama ibu. Selanjutnya, data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan ibu penderita skizofrenia dapat melakukan eksplorasi pada hampir seluruh domain. Akan tetapi, mereka hanya melakukan komitmen pada domain agama dan pertemanan. Faktor utama pembentuk identitas yang membantu remaja dengan ibu penderita skizofrenia adalah teman dan organisasi. Di sisi lain, ibu menjadi faktor pembentuk yang minor karena kurangnya kemampuan mensosialisasikan aspek identitas, hilangnya hormat remaja dalam mendengarkan ibu, dan ketakutan remaja menambah delusi jika bercerita dengan ibu. Peneliti juga menemukan beberapa poin diskusi, seperti pengaruh pendidikan ibu, beban ayah, hilangnya peran ayah, kerenggangan hubungan saudara kandung, persepsi partisipan terkait kondisi kejiwaannya, alasan terhentinya pengobatan, dan sensitifitas isu skizofrenia. |