Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 530. 000 kasus baru kanker serviks di dunia. Diperkirakan lebih dari 270.000 perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit ini, di mana lebih dari 85% dari angka kematian ini terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan pada tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker serviks di Indonesia. Pusat data dan informasi ini juga menunjukkan peningkatan jumlah kematian akibat kanker serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Pada tahun 2011 terjadi 35 kematian, tahun 2012 terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65 kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Jika di rumah sakit yang merupakan pusat kanker nasional angka kematian akibat kanker serviks mengalami peningkatan, maka besar kemungkinan hal yang sama juga terjadi di rumah sakit-rumah sakit yang lain. Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker serviks diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan. Lebih dari 70 persen penderita kanker serviks yang datang berobat ke rumah sakit-rumah sakit sudah pada stadium lanjut, yaitu stadium II dan III. Agar angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini dapat ditekan, maka perlu dilakukan upaya prevensi terutama oleh perempuan yang mempunyai pohon keluarga dengan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara komprehensif persepsi tentang kanker serviks dan upaya prevensinya pada perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker. Dengan menggunakan kerangka berpikir Health Belief Model (HBM), peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam (in dept interview) kepada 5 partisipan. Observasi dilakukan untuk melihat ekspresi wajah, bahasa tubuh, suara, dan lingkungan tempat tinggal, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan tentang kanker serviks dan upaya prevensinya. Hasil penelitian ini menunjukkan kelima partisipan mempersepsikan kanker serviks sebagai penyakit yang ganas dan menyadari dirinya berisiko terkena kanker serviks. Empat dari lima partisipan menyatakan akan segera mengupayakan tindakan prevensi, sedangkan satu partisipan mengatakan tidak akan melakukan upaya prevensi.Dari keempat partisipan yang menyatakan akan melakukan upaya prevensi, hanya dua partisipan yang melakukan upaya prevensi. |