HIV dapat menyebabkan dampak psikologis bagi yang memilikinya.Waria adalah salah satu komunitas masyarakat yang rentan teirnfeksi HIV dengan hubungan seksual yang cenderung variatif. Tantangan untuk mengatasi dampak psikologis dan mengekspresikan jendernya menjadi kombinasi yang sulit untuk dihadapi oleh seorang waria. Untuk dapat mengatasinya, seorang waria harus memiliki kemampuan melewati kesulitan dalam hidupnya dan menjalankan adaptasi hidup yang positif, yangdikenal dengan istilah resiliensi. Penelitian ini ingin mengetahui gambaran proses resiliensi waria mantan pekerja seks dengan HIV yang bekerja sebagai community-based support di Yayasan Srikandi Sejati. Peneliti menggunakan kerangka berpikir resiliensi yang disampaikan oleh Kumpfer. Resiliensi yang dimaksud adalah proses adaptasi positif antara individu (resiliensi internal) dan lingkungan (faktor protektif dan faktor risiko) dengan kondisi sulit atau menekan (tantangan). Metode penelitian adalah pendekatan kualitatif naratif dengan mewawancarai empat partisipan yang tergabung dalam Yayasan Srikandi Sejati mengenai tantangan, faktor risiko dan faktor protektif lingkungan, faktor internal individu, serta proses transaksional antara individu dengan lingkungan berdasarkan kerangka berpikir resiliensi yang disampaikan oleh Kumpfer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penolakan keluarga, kepindahan ke Jakarta, pekerjaan dan status HIV menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh partisipan. Faktor lingkungan yang mendukung keempat partisipan dalam melewati tantangannya adalah dukungan dari salah satu anggota keluarga, keberadaan komuntias waria, dukungan pasangan, dan akses layanan kesehatan gratis. Faktor internal partisipan yang mendukung terlihat dalam aspek spiritual (kepercayaan akan adanya perbedaan, kemandirian, cita-cita, dan kegigihan), kognitif (kesadaran interpersonal), emosiona (kemampuan mengontrol emosi dan mengenali perasaan), dan sosial/perilaku (street smarts). Hasil dari proses resiliensi yang dijalani oleh keempat partisipan adalah resilient reintegration. Hal ini terlihat dari kemampuan partisipan dalam menjalankan kehidupannya dengan pola adaptasi yang positif. |