Identitas Batak yang dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari bagaimana orang tersebut merepresentasikannya berdasarkan pemaknaan yang ia lakukan. Dalam hal ini, generasi muda Batak sudah mengalami pergeseran dalam memaknai identitasnya sebagai seorang Batak. Generasi muda Batak tidak lagi menjalankan identitas Bataknya seperti pada generasi sebelumnya. Hal ini terjadi seiring berkembangnya zaman yang membuat proses pemaknaan semakin kompleks sehingga menyebabkan dilema. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui representasi sosial tentang identitas Batak pada generasi muda Batak di Jakarta. Pergeseran pemaknaan identitas yang muncul pada generasi Muda Batak di Jakarta dapat digambarkan melalui pendekatan dialogis representasi sosial melalui konsep themata yang juga diartikan sebagai dilema. Penelitian kualitatif ini memperoleh data dengan teknik focused group discussion (FGD). Partisipan dalam penelitian adalah generasi muda Batak yang berdomisili di Jakarta. Pada proses pengambilan data, ditemukan empat antinomi yang dianggap sebagai sebuah dilema dalam memaknai identitas Batak, yaitu [1] terberi vs. tindakan, [2] keterpaksaan vs. keuntungan, [3] nilai vs. bentuk rasa, [4] bangga vs. beban. Themata dalam bentuk antinomi tersebut menggambarkan adanya kontradiksi dalam memaknai identitas Batak oleh generasi muda Batak di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan hasil tambahan bahwa identitas Batak saat ini dapat dinegosiasikan. Hal ini timbul karena masyarakat sekarang sudah memiliki ilmu pengetahuan, sehingga ada unsur lain yang berdampingan dengan identitas Bataknya. Unsur yang ditemukan dalam penelitian adalah perpaduan budaya dan agama. Dengan demikian, peneliti menemukan identitas Batak dapat melalui negosiasi dan bersifat adaptif. |