Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu kecerdasan emosional dan perilaku delinkuen. Perilaku delinkuen tidak hanya merugikan diri sendiri, namun merugikan orang lain. Perilaku delinkuen disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Terdapat empat aspek perilaku delinkuen, yaitu perilaku delinkuen yang menimbulkan korban fisik, korban materi, sosial dan melawan status. Kemampuan seseorang dalam menyadari emosi diri sendiri maupun orang lain serta mengelola emosi diri sendiri disebut sebagai kecerdasan emosi. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih mampu dalam mengelola emosi negatif serta mengekspresikan dengan cara yang tidak merugikan pihak lain. Pada penelitian ini terdapat lima komponen kecerdasan emosional, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan keterampilan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku delinkuen pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan partisipan penelitian sejumlah 128 partisipan yang merupakan siswa sekolah SMA X, Y dan Z. Hasil uji korelasi menunjukkan skor signifikansi p = 0,000 < 0,01 yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan atau korelasi negatif dengan perilaku delinkuen pada remaja. Maka dari itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi individu, maka semakin rendah perilaku delinkuen individu, begitu juga sebaliknya. |