Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan potensi alam, khususnya dari sektor pertanian. Jagung merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas jagung terbesar di Indonesia. Namun fenomena yang terjadi adalah negara ini justru mengalami masalah ketersediaan jagung, hal ini dikarenakan tidak terserapnya jagung lokal produksi dalam negeri ke industri pengolahan jagung. Menyadari hal tersebut diperlukan suatu kajian manajemen rantai pasok yang tepat sasaran, tepat waktu untuk mengelola sistem rantai pasok komoditas tersebut. Penelitian ini berusaha untuk memberikan tentang gambaran struktur rantai pasok jagung, melakukan pengukuran kinerja, serta membuat usulan strategik manajemen yang diperlukan terkait pengelolaan manajamen rantai pasok. Struktur rantai pasok jagung kabupaten Tuban terdiri dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur, observasi, wawancara yang dilakukan di Kabupaten Tuban selama bulan November hingga Desember 2015. Model pengukuran kinerja menggunakan model yang dikembangkan oleh Aramyan pada tahun 2006, dimana terdapat 4 aspek yaitu efficiency, flexibility, responsiveness dan food and process quality. Hasil pengukuran didapatkan bahwa terdapat kesenjangan dan disparitas diantara para stakeholder, khususnya untuk aktor petani, hal ini diakibatkan karena ketidakstabilan harga komoditas, kesenjangan yang besar diantara para aktor berdasarkan aspek finansial atau keuntungan yang didapat. Terdapat beberapa usulan strategik manajemen yang dimunculkan terkait pengelolaan rantai pasok, diharapkan penelitian ini dapat berimplikasi positif bagi manajerial rantai pasok jagung Kabupaten Tuban. |