Para ilmuwan terus saja mengembangkan teknologi human enhancement, pertama-tama untuk tujuan medis, tetapi belakangan ini dikomodifikasi untuk memenuhi permintaan pasar. Demikianlah, teknologi peningkatan daya ingat, otot, atau pun seleksi jenis kelamin, semula dimaksudkan untuk membantu mereka yang secara medis bermasalah dengan ingatan, mencegah fast declining of demensia, atau meningkatkan stamina pada kaum lansia dan tenaga kerja agar bisa bekerja lebih maksimal. Kenyataannya, aplikasi teknologi human enhancement dewasa ini terjadi sebegitu rupa sehingga selain terjadi komodifikasi teknologi tersebut, juga pereduksian manusia hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangan semacam ini yang meresahkan para etikawan, termasuk Michael J. Sandel. Tulisan ini akan mendeskripsikan posisi moral Sandel, bahwa kritik etika terhadap praktik penerapan teknologi human enhancement bersifat tidak memadai jika didasarkan hanya pada prinsip otonomi, kebebasan, atau prinsip keadilan. Bagi Sandel, perspektif komunitarian yang didasarkan pada gagasan teologis mengenai life is a gift jauh lebih meyakinkan dalam mengeritik aplikasi teknologi human enhancement tersebut. Bagaimana pun, posisi moral Sandel – terutama kritiknya terhadap liberalisme – tidak bisa dibiarkan tanpa kritik. |