Pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk mengatur perilaku dan emosi sesuai tuntutan yang berlaku. Individu yang memiliki pengendalian diri adalah individu yang mampu mengatur perilaku, mampu mengontrol emosi, mampu mengolah informasi, mampu melakukan penilaian, serta mampu mengambil keputusan. Konseling kelompok sebagai upaya atau proses pemberian bantuan kepada individu di dalam kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan dan penyelesaian masalah. Konseling kelompok terdiri dari pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Model behavioral menekankan bahwa perilaku yang maladaptive atau perilaku yang tidak sesuai merupakan hasil pembelajaran dari lingkungan. Pendekatan behavioral membantu individu untuk menghilangkan perilaku maladaptive dan menimbulkan perilaku baru yang adaptive. Pengendalian diri, konseling kelompok dan model behavioral menjadi focus dalam penelitian ini. Pengendalian diri yang rendah pada siswa SMA Asisi dapat terlihat dalam perilaku yang kurang terkontrol, emosi meledak-ledak, tidak menghormati orang lain, serta pengaruh teman dalam menentukan pilihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menangani masalah pengendalian diri siswa kelas X SMA Asisi Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Peneliti menggunakan model Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa konseling kelompok model behavioral dengan strategi latihan asertif dapat membantu siswa menangani masalah pengendalian diri yang rendah. Sebelum konseling kelompok dilaksanakan siswa belum mampu mengendalikan diri, perilaku siswa cenderung melanggar aturan, tidak menghormati orang lain, memberikan komentar negatif, serta emosinya meledakledak. Setelah konseling kelompok diberikan siswa mampu mengendalikan diri, mampu mengatur perilaku, mengontrol emosi, mengolah informasi, memberikan penilaian, serta menentukan pilihan. Saran peneliti bagi Kepala SMA Asisi agar dapat memberikan kesempatan pada guru BK untuk menggunakan jam BK semaksimal mungkin. Hendaknya jam BK hanya digunakan untuk kepentingan layanan konseling agar kebutuhan psikologis siswa dapat terpenuhi. Bagi guru BK agar dapat memberikan layanan konseling, baik individual maupun kelompok dalam menangani hambatan siswa, khususnya terkait kemampuan siswa dalam mengendalikan diri. |