Transplantasi ginjal merupakan suatu operasi transplantasi dimana ginjal dari orang sehat (donor) dipindahkan ke orang dengan ginjal yang sakit (resipien). Operasi transplantasi ginjal memerlukan kesamaan tipe HLA antara donor dan resipien serta terapi induksi antibodi. Terapi induksi antibodi adalah pemberian obat imunosupresan yang intensif dalam keadaan peri-operatif yang diperlukan untuk menekan respons imun serta mencegah penolakan organ akut. Banyak obat terapi induksi antibodi yang biasa digunakan dalam operasi transplantasi ginjal, contohnya antara lain adalah basiliximab dan anti-timosit globulin kelinci. Sejak tahun 2003 hingga sekarang, muncul suatu obat terapi induksi antibodi lain yang mulai digunakan dalam operasi transplantasi ginjal bernama alemtuzumab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hanaway et al pada tahun 2011, alemtuzumab terbukti lebih efektif dalam menurunkan laju penolakan akut jika dibandingkan dengan basiliximab (P<0,001). Selain itu, dilakukan pencarian jurnal lainnya yang turut membandingkan efektivitas penggunaan alemtuzumab dan basiliximab dalam transplantasi ginjal, dan dilakukan analisis jurnal-jurnal yang didapat. Alemtuzumab diketahui mempunyai efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan laju penolakan akut dibandingkan dengan basiliximab, namun alemtuzumab mempunyai efek samping yang bervariasi dikarenakan mekanisme kerjanya. Sedangkan, basiliximab kurang efektif dalam mengurangi laju penolakan akut namun memiliki efek samping yang lebih sedikit. Tidak ada obat terapi induksi antibodi standar yang digunakan dalam operasi transplantasi ginjal. Pilihan terapi dikembalikan kepada dokter dengan mempertimbangkan risiko dan efek samping dari obat yang digunakan. Kata kunci: alemtuzumab induction, basiliximab induction, renal transplantation |