Persaingan ketat yang terjadi antar perusahaan dalam industri sejenis menuntut setiap perusahaan untuk meningkatk n kualitas dalam bahan baku, proses produksi dan produk akhir. Perusahaan memilih dan menetapkan strategi kualitas yang efektif sehingge dapat mengurangi jumiah produk cacat yang dihasilkan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode six sigma dengan menggunakan MAJC (Defined, Measure, Analyzed, improve, Control). Penelitian dilakukan pada kegiatan milling hingga proses wort cooling pada produksi bir Heineken di PT Multi Bintang Indonesia Tbk yang merupakan produsen Bir terkemuka di Indonesia dengan proses produksi yang bersifat terus-menerus (continous process). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemungkinan penerapan metode six sigma untuk mengurangi kegagalan dalam proses produksi pada bir Heineken. Hasil penelitian menunjukan bahwa rrv tode six sigma dapat diterapkan pada proses produksi bir Heineken dene an menggunakan metode DMAJC. Pada tahap define diketahui bahwa nilai h sgagalan (nilai parameter diluar spesifikasi) yang berada di luar batas t .leransi yang ditetapkan perusahaan terjadi pada proses milling, lauterin i, wort boiling dan wort cooling di mana proses milling memiliki kegagalan sebesar, sehingga proses milling perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Besarnya DPMO dan kapabilitas sigma pada tahap measure bervariasi akan tetapi untuk proses milling memiliki nilai sigma rata-rata yang paling kecil diantara proses yang lain sebesar 1,99 dan kerugian biaya material akibat ekstrak loss yang terbuang sebesar Rp248.803.333. Tiga faktor penyebab utama terjadinya kegagalan dengan menggunakan why-why analysis dan diagram ishikawa pada tahap analysis adalah faktor manusia, metode dan mesin yang kurang efektif. Pada tahap improve ditentukan rencana tindakan perbaikan yang meliputi training technician, perbaikan dan perawatan mesin, pengawasan oleh team leader dan pengambilan keputusan perbaikan dengan segera. Tahap terakhir adalah control tindakan perbaikan yang dilakukan pada tahap improve, kemudian hasil peningkatan kualites didokumentasikan, distandarisasikan dan disosialisasikan kepada seluruh anggota perusahaan. Agar penerapan metode six sigma dapat berjalan dengan baik dan efektif maka diperlukan dukungan dan komitmen dari pimpinan, mengadakan jadwal ruttn training, penerapan sistem reward dan punishment penggantian mesin yang sudah tidak bisa bekerja secara efektif dan optimal secara bertahap>manajemen pengeloiaan sumber daya manusia oleh koordinator TPM untuk mendorong kerja sama tim yang kuat. |