Keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki investor menjadikan instrument reksadana terutama reksadana saham sebagai salah satu instrument investasi yang diminati oleh investor.Dengan pencapaian return yang relatif tinggi,reksadana saham tetap memiliki risiko yang melekat.Penulis menganalisa dan mengevaluasi kinerja reksadana saham periode 2006-2010 untuk mendapatkan reksadana saham yang “outperformed”(layak).Dengan menggunakan metode Sharpe,metode Treynor,metode Jensen Dan pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan single index model. Dengan menggunakan single index model,berarti portofolio terbentuk dari reksadana-reksadana saham yang memiliki Excess Return to Beta(ERB) yang lebih besar dari cut off (Ci).Yang mana setelah itu ditentukan bobot masing-masing reksadana yang masuk portofolio yaitu Reksadana saham (RDS) Panin Dana Maksima sebesar 33,09%,RDS Schroder Istimewa sebesar 24,13%,RDS Schroder Prestasi Plus sebesar 21,14%,RDS BNP Paribas Ekuitas sebesar 11,15%,RDS Batavia Dana Saham sebesar 8,48%,dan RDS Phinisi Dana sebesar 1,9%. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin menanamkan dananya pada reksadana saham namun investor tetap perlu melakukan pengawasan terhadap portofolionya karena kinerja sekarang tidak menentukan kinerja yang sama di masa yang akan datang |