Penelitian tentang gejala perkelahian massal pelajar antar sekolah ini dengan menempatkan gejala tersebut dalam konteks tingkah laku koleltif. Dengan demikian yang menjadi unit analisanya adalah kolektifa. Model analisa yang dipergunakan diilhami oleh teori tingkah laku kolektif dari Smelser. Berdasarkan teori tersebut gejala perkelahian massal pelajar dibagi menjadi faktor-faktor tradisi permusuhan, kemampuan mobilisasi, faktor pemicu, dan kesempatan. Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus berganda dalam tradisi kontruksivisme. Kolektifa pelajar dibagi dalam tiga kelompok pelajar yang terlibat tawuran dari sekolah yang mempunyai tradisi tawuran, kelompok pelajar yang tidak terlibat tawuran dari sekolah yang mempunyai tradisi tawuran, dan kelompok pelajar yang berasal dari sekolah yang tidak mempunyai tradisi tawuran. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor mendasar yang membedakan kelompok pelajar yang terlibat tawuran dengan kelompok pelajar yang tidak terlibat tawuran. Perbedaan tersebut ditemukan dalam latar belakang status ekonomi yang berpengaruh pada perbedaan kelompok dalam membangun realitas sosial dalam kerumunan. |