Anda belum login :: 24 Jul 2025 00:07 WIB
Detail
BukuGambaran Tantangan Keragaman Antar Budaya dan Strategi Pemecahannya pada Relawan Kemanusiaan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (artikel di dalam Jurnal Psikologi Indonesia no.1 tahun 2008 p.31-48)
Bibliografi
Author: Panggabean, Hana Rochani G. ; Angelina, Maesy
Topik: Aceh; Intercultural Conflicts; Cultural Strategy; Helping Relations
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Himpunan Psikologi Indonesia     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2008    
Jenis: Article - diterbitkan di jurnal ilmiah nasional
Fulltext: Jurnal Psikologi Indonesia 2008 - text optim.pdf (562.43KB; 63 download)
Abstract
Bencana tsunami yang melanda propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di akhir tahun 2004 telah mengundang mengalirnya beragam bantuan kemanusiaan. Bersamaan dengan itu, masuk juga relawan kemanusiaan untuk menolong rakyat Aceh. Mereka terdiri dari dua kelompok besar : relawan orang Indonesia, yang kebanyakan berasal Jakarta, dan relawan asing. Situasi pemberian bantuan antara relawan dengan rakyat Aceh merupakan sebuah situasi antar budaya yang multikultural (relawan orang Indonesia-rakyat Aceh) dan internasional (relawan asing-rakyat Aceh). Studi psikologi antar budaya sebelumnya membuktikan bahwa konflik sangat rentan terjadi dalam konteks pertemuan antar budaya dan berdampak pada tekanan psikologis yang mengganggu kesehatan mental individu. Artikel ini berusaha menggali perspektif psikogis dari masalah-masalah antar budaya yang terjadi dalam konteks kerja para relawan Indonesia di propinsi NAD. Selanjutnya, artikel ini menggunakan kerangka teoritis utama tentang perspektif psikologis dari sebuah pertemuan budaya (Thomas, 1999), masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam konteks antar budaya (Smith, dkk, 2004; Panggabean, 2002) serta strategi pemecahan masalah antar budaya dalam konteks internasional (Adler,2002) dan Indonesia (Panggabean, 2004). Dengan fokus tersebut, artikel ini bertujuan menggambarkan salah satu konteks dimana tantangan budaya dalam masyarakat pluralistik seperti Indonesia sangat relevan bagi pencapaian tugas dan kesehatan mental individu, namun seringkali kurang mendapat perhatian maksimal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan wawancara semi-terstruktur kepada sembilan orang relawan Indonesia yang bekerja di propinsi NAD. Data diolah dengan teknik content-analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar domain masalah antar budaya yang terjadi dalam konteks internasional ternyata juga dialami oleh para subyek, selain adanya domain masalah yang unik dan khas. Data juga menunjukkan bahwa strategi pemecahan masalah antar budaya pada konteks internasional (Adler, 2002) dapat diaplikasikan pada konteks multikultural serta munculnya sejumlah strategi pemecahan masalah yang khas Indonesia (indigenous). Penelitian ini juga menunjukkan adanya empat faktor lain yang membantu mengatasi masalah kultural, yaitu mental readiness, individual factors, work related factors, dan culture related factors. Selain itu, data di lapangan juga menunjukkan bahwa umumnya pekerja bantuan kemanusiaan Indonesia tidak melakukan persiapan khusus sebelum berangkat, namun melakukan pembelajaran langsung di lapangan. Hal ini memperkuat pernyataan Panggabean (2004b) bahwa pembelajaran budaya masyarakat Indonesia cenderung berlangsung alamiah atau learning by doing. Hasil penelitian ini membuahkan beberapa saran, baik dalam bentuk penelitian lanjutan maupun saran konkrit untuk organisasi bantuan kemanusiaan. Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan antara lain adalah studi lebih lanjut indikasi pergeseran budaya Aceh akibat intervensi program pekerja bantuan kemanusiaan, jenis pendekatan psikologis yang sesuai dengan karakteristik masyarakat tradisional Indonesia, studi longitudinal untuk melihat hubungan lama pengalaman di lapangan dengan pemilihan dan penggunaan strategi pemecahan masalah kultural, serta penelitian dengan topik serupa pada pekerja bantuan kemanusiaan di Yogyakarta. Saran-saran konkrit yang diberikan pada organisasi kemanusiaan antara lain berupa diikutsertakannya mental readiness dan pengalaman interkultural dalam kriteria seleksi calon pekerja bantuan kemanusiaan; penyusunan panduan sistematis tentang budaya setempat, masalah kultural, dan strategi pemecahan masalah; sharing sebagai bentuk orientasi informal yang bersifat praktis; serta lokakarya seputar penggunaan strategi pemecahan masalah di tengah-tengah masa tugas untuk mengekstraksikan pembelajaran gaya experential learning yang dialami pekerja bantuan kemanusiaan di lapangan.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.109375 second(s)