Dalam masalah kesehatan jiwa, skizofrenia merupakan gangguan mental yang dianggap paling serius. Bagi kalangan medis, terapi paling dasar yang diberikan untuk pemulihan pasien yaitu pengobatan antipsikotik. Akan tetapi, kegagalan untuk rutin meminum obat-obatan anti psikotik menjadi penghambat pemulihan. Kepatuhan dalam pengobatan medis terkait erat dengan aspek psikologis, misalnya masalah kebiasaan dan diperlukan juga suatu motivasi yang kuat untuk sembuh. Oleh karenanya, berdasarkan pendekatan biopsikososial, dalam pemberian treatment, terapi medis atau biologis tidak dapat berdiri sendiri. Salah satu cara untuk membentuk kepatuhan minum obat yaitu dengan psikoedukasi terhadap pasien dan keluarganya mengenai skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian peneliti, psikoedukasi memberikan dampak positif terhadap kepatuhan minum obat pasien skizofrenia, pasien lebih memandang penting peranan pengobatan medis. Kepatuhan minum obat ternyata dipengaruhi oleh berbagai aspek psikologis, antara lain persepsi pasien mengenai pengobatan medis, kaitan antara manfaat obat dengan harapan hidup, dukungan keluarga, preokupasi terhadap ketakutan, serta semangat hidup. Oleh karenanya, psikoedukasi penting untuk dilakukan sebelum kepulangan pasien ke rumah. Dengan diberikannya psikoedukasi, pasien akan lebih mengerti gangguan psikologis yang dialaminya, manfaat atau peranan pengobatan medis, dampak dari kekambuhan. Dengan mengerti hal-hal tersebut, pasien akan lebih termotivasi untuk rutin mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik yang telah diresepkan untuknya. Pada praktek di lapangan, pelaksanaan psikoedukasi yang efektif tidak berhenti pada tahap pemberian informasi satu arah saja, melainkan juga reframing sehingga terjadi perubahan persepsi ke arah yang lebih positif terhadap pengobatan medis. Tahap follow-up penting untuk me-monitoring perkembangan pasien. Dengan demikian, perkembangan pasien terpantau dan dapat segera dilakuan intervensi lanjutan apabila ada tanda-tanda ketidakpatuhan terhadap pengobatan medis. |