HIV/AIDS di Indonesia kini telah menjadi masalah yang semakin berkembang. Pada akhir tahun 2008, diperkirakan 170.000 warga negara Indonesia mengidap HIV/AIDS (website USAID. Sebagian besar dari pengidap adalah penasun/mantan penasun. Salah satu isu yang kemudian muncul adalah potensi infeksi HIV/AIDS kepada pasangan seksual para penasun yang HIV positif, termasuk istri dan atau suami mereka. Salah satu masalah utama yang kemudian muncul adalah ketika pasangan yang terinfeksi HIV enggan atau bahkan tidak memberitahu pasangannya mengenai status HIV positifnya. Berdasarkan wawancara dan pembicaraan yang dilakukan penulis dengan beberapa penasun dan mantan penasun yang kini positif HIV serta telah menikah, mereka merasa takut dan enggan untuk memberitahu pasangan mereka mengenai status HIV mereka adalah karena mereka takut akan ditinggalkan oleh pasangan. Intervensi yang akan dirancang ini akan berupa konseling individual dengan pendekatan terapi kognitif behavioral reality therapy. Inti dari terapi realitas adalah choice theory, yaitu bahwa semua manusia memiliki pilihan untuk mengendalikan perilaku dan pikirannya pada masa kini, terlepas dari apa yang terjadi padanya di masa lalu. Diharapkan bahwa dengan pendekatan reality therapy, konseling yang diberikan kepada pria HIV positif dapat membantu mereka membuat rencana tindakan yang jelas terkait masa depan mereka, termasuk mengenai pilihan untuk memberitahu istri mereka mengenai status HIV positif mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isu-isu yang paling sering muncul dalam konseling adalah keinginan berhenti metadon karena ketiga subyek merupakan mantan penasun yang berada dalam program metadon. Keinginan untuk memberitahu istri mengenai status juga muncul, namun dalam konteks membahagiakan keluarga. Nampak bahwa isu fisik menjadi lebih penting bagi ketiga subyek. |