Sesuai dengan going concern postulate, perusahaaan didirikan dengan tujuan beroperasi dalam jangka panjang. Persaingan dalam era globalisasi semakin ketat, namun perusahaan harus tetap dapat bertahan. Salah satu caranya adalah dengan mendapatkan laba seoptimal mungkin. Di sisi lain, terjadi peningkatan biaya bahan baku dan biaya-biaya operasional perusahaan serta menurunnya daya beli masyarakat karena krisis ekonomi. Hal ini berdampak pada penurunan laba perusahaan, sehingga perusahaan harus mencari alternatif lain agar tetap dapat mencapai target profit yang telah ditetapkan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah metode target costing. Metode ini cocok untuk digunakan karena memperhatikan kepentingan kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan konsumen. Melalui penerapan metode ini, laba yang ditetapkan oleh perusahaan tetap dapat tercapai dan kebutuhan, selera serta daya beli konsumen tetap diperhatikan. PT Indomilk menggunakan metode cost based dalam penetapan harga jual, namun seiring dengan perkembangan situasi perekonomian saat ini, metode tersebut mengakibatkan target laba yang telah ditetapkan tidak tercapai. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual, dengan tujuan agar konsumen tidak beralih ke produk pesaing. PT Indomilk mengawali penerapan target costing dengan melakukan penelitian pasar, menentukan target harga, laba dan biaya, dan dilanjutkan dengan melakukan penghematan (value engineering) pada biaya bahan baku , biaya produksi tidak langsung, dan penurunan biaya operasional. Penerapan target costing di PT Indomilk dapat dikatakan berhasil, karena melalui penerapan metode ini, PT Indomilk dapat mengeluarkan produk dengan harga yang dapat diterima oleh konsumen, yaitu sebesar Rp 7,000 per kaleng, serta dapat mencapai laba dari harga jual melebihi target yang telah ditetapkan yaitu yang sebesar 17% meningkat menjadi sebesar 19,79% dari harga jual. |