| Di usia remaja, seseorang mengalami perkembangan fisik, kognitif dan sosio-emosionalnya yang sangat berpengaruh pada aktivitas seksual remaja tersebut. Salah satu aktivitas seksual remaja yang saat ini sangat pesat jumlahnya adalah seks pranikah. Tingginya angka remaja yang melakukan seks pranikah meletakkan remaja pada posisi yang rawan terhadap resiko hamil diluar nikah, aborsi, penyakit menular seks bahkan HIV/AIDS. Resiko ini terjadi karena rendahnya penggunaan kondom pria pada kalangan remaja padahal kondom pia adalah alat kontrasepsi yang paling efektif dan paling mudah didapatkan oleh kalangan remaja dibandingkan alat kontrasepsi lainnya. Pria seringkali menolak penggunaan kondom pria ini dengan berbagai alasan salah satunya adalah alasan kenikmatan. Padahal remaja wanita secara ilmiah berada pada posisi yang paling rawan untuk mengalami kehamilan diluar nikah, aborsi, bahkan HIV/AIDS. Oleh karena itu, wanita seharusnya mempunyai intensi untuk meminta pasangannya menggunakan kondom pria. Theory Planned Behavior berusaha menjelaskan intensi dan prediktornya yaitu sikap, subjective norm dan perceived behavior control. Intensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk diketahui untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi dalam memunculkan suatu perilaku. Dengan demikian dapat dilakukan intervensi langsung pada faktor mana yang paling besar pengaruhnya terhadap intensi dan menguatkan faktor yang lemah. Maka peneliti ingin melihat bagaimana hubungan sikap, subjective norm dan perceived behavior control dengan intensi meminta pasangan remaja menggunakan kondom pria sehingga diketahui faktor mana yang paling memberikan kontribusi terbesar pada munculnya intensi meminta pasangan remaja menggunakan kondom pria. |