Sekolah Dasar Mardi Waluya Cipanas adalah salah satu sekolah swasta Katolik di Cipanas yang didirikan dengan tujuan awal sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Santo Yusuf (selanjutnya disebut anak panti). Namun sejak tahun 1990, Panti Asuhan Santo Yusuf mengalami perluasan dengan menerima anak-anak dari kota besar yang “dititipkan” oleh orang tua mereka yang selanjutnya akan disebut sebagai anak asrama. Selain itu, sekolah juga menerima anak-anak yang berasal dari Cipanas dan sekitarnya yang tinggal di luar panti asuhan. Anak-anak ini kemudian akan disebut sebagai anak luar dan menjadi kelompok mayoritas karena jumlahnya yang paling banyak dibanding dengan anak-anak panti dan anak-anak asrama. Karena bersekolah di sekolah yang sama, maka siswa-siswa tersebut pun berinteraksi satu dengan yang lain. Mereka berinteraksi dengan membawa ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing individu, sehingga terbentuklah kelompok-kelompok kecil berdasarkan persamaan dan perbedaan yang mereka miliki sebagai dampak dari interaksi tersebut. Kelompok-kelompok yang terbentuk adalah kelompok anak luar, anak asrama dan anak panti yang dapat dibedakan berdasarkan latar belakang dan ciri-ciri umum yang dimiliki oleh setiap kelompok. Hubungan antar kelompok yang terjalin antar ketiga kelompok tersebut tidak jarang menimbulkan masalah yang dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar. Masalah-masalah tersebut diduga berasal dari anak asrama yang dengan jumlahnya yang sedikit berhasil mempengaruhi kelompok lain. Karena fenomena ini paling jelas terlihat pada siswi kelas 5, maka yang menjadi subjek penelitian adalah para siswi kelas 5 yang dianggap dapat mewakili kelompoknya. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 orang dari masing-masing kelompok. Jadi total subjek adalah 9 orang. Pengambilan data dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang disusun sesuai teori yang digunakan, yaitu Social Identity Theory dan alat perekam untuk membantu meningkatkan keakuratan dalam proses analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang terjadi hubungan antar kelompok pada siswi kelas 5 SD Mardi Waluya Cipanas, terutama antara kelompok anak asrama dengan anak panti. Hubungan antar kelompok semakin jelas dengan adanya Ingroup Bias, Outgroup Bias, asimilasi, kreatifitas dan potensi munculnya konflik. Ingroup bias terlihat dari penilaian masing-masing subjek yang cenderung menonjolkan sisi positif kelompoknya jika dibanding kelompok lain. Bahkan disaat menyadari bahwa kelompok lain memiliki kelebihan, ia akan tetap berusaha mencari keunggulan kelompoknya (kreatifitas). Sedangkan outgroup bias terlihat dari penilaian negatif yang diberikan oleh keenam subjek dari kelompok anak panti dan anak luar terhadap anak asrama, dan penilaian negatif yang diberikan oleh ketiga subjek dari kelompok anak asrama kepada anak luar. Hal itulah yang kemudian menimbulkan konflik, baik antara anak asrama dengan anak luar, juga antara anak asrama dengan anak panti. Dalam memilih teman bermain, kelompok anak luar lebih fleksibel. Sebagai kelompok mayoritas dari segi jumlah, individual differences yang mereka miliki lebih menonjol dibanding degan identitas kelompok mereka. Sedangkan anak asrama memiliki batasan yang tegas, sehingga asimilasi yang dilakukan oleh anggota kelompok lain, tidak semua dapat berhasil. |