Toyota Kijang adalah sebuah fenomena. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1977, setiap generasi yang dipasarkan selalu mencetak angka penjualan tertinggi di kelasnya. Penggunaan nama Kijang itu sendiri ditujukan agar konsumen dapat dengan mudah mengenali karakeritstik mobil tersebut dengan mengasosiasikan mobil ini dengan binatang kijang yang lincah, dan gesit. Kijang Innova ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 2004 dan pada saat itu, mobil ini dipasarkan hanya dengan nama Innova saja, tanpa ada penggunaan nama Kijang. Namun pada saat itu, jumlah konsumen yang memesan kendaraan ini tidaklah banyak. Tak lama kemudian, PT. Toyota Astra Motor menambahkan kata Kijang pada produk ini. Pada saat itu terdapat lonjakan pesanan kendaraan yang signifikan. Dari penggambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan merek Kijang pada mobil ini sangatlah penting. Hal tersebut menarik untuk diteliti karena adanya pengaruh yang cukup signifikan antara angka penjualan mobil ini pada saat dijual dengan nama Innova saja dan pada saat dijual dengan nama Kijang Innova. Peneliti ingin melihat asosiasi konotatif dari merek “Kijang” yang sudah ditambahkan nama “Innova” sehingga menjadi Kijang Innova. Penamaan merek tersebut menjadi penting karena dapat mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Perusahaan menciptakan merek untuk produknya karena merek dapat mencitrakan pemakainya. Dalam menentukan merek sebuah produk, produsen memiliki banyak sekali pertimbangan, salah satu pertimbangannya adalah merek harus mampu menimbulkan kesan bagi konsumen, sehingga ketika konsumen mengingat suatu merek ada kesan tersendiri yang muncul di benak konsumen, dan memunculkan asosiasi merek tertentu Untuk mendapatkan profil asosiasi yang bersifat konotatif dari Kijang Innova, peneliti menggunakan alat ukur semantic differential. Metode semantic differential digunakan untuk mengukur asosiasi seseorang berhubungan dengan sebuah objek, dalam hal ini mobil Kijang Innova. Metode ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Akat ukur ini membagi setiap polar ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi evaluasi, dimensi potensi dan dimensi aktivitas. Partisipan dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Jakarta yang mengetahui merek Kijang Innova. Jumlah partisipan yang digunakan adalah sebanyak 150 orang. Berdasarkan hasil penelitian, merek Kijang Innova memiliki asosiasi konotatif dengan kata “luas”, “banyak”, ”mengikuti zaman”, “mudah”, “halus”, “teratur”, “cepat”, “aktif”, “menyenangkan”, “puas”, “stabil”. |