Pada awal abad dua puluhan, berbagai jenis baja khususnya baja perkakas (tool steel) telah banyak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan industri, sebagai die dan alat potong (cutting tools). Baja perkakas AISI H 13 dikelompokkan sebagai baja perkakas jenis hot work tool steel, yang dijual di pasaran dalam kondisi lunak (annealed). Oleh karena itu mempermudah baja perkakas di dalam proses pemesinannya. Namun demikian di dalam penggunaannya, diperlukan kombinasi sifat mekanik yaitu kekerasan dan ketangguhan yang baik. Kombinasi sifat mekanik tersebut dapat diperoleh melalui proses perlakuan panas dengan mekanisme quenching yang diikuti dengan tempering. Proses perlakuan panas hardening dan tempering baja perkakas AISI H 13, akan dikaitkan dengan proses transformasi fasa yang terjadi terhadap perubahan sifat mekanik yang terjadi, terutama kekerasan dan ketangguhannya. Proses eksperimen, karakterisasi dan metalografi sampel tersebut dilakukan dilakukan di Balai Besar Logam dan Material (BBLM), Bandung dan di Laboratorium Logam, Universitas Atma Jaya Jakarta. Dari eksperimen dan karakterisasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pada proses air quenching terjadi transformasi fasa austenit menjadi martensit, meskipun tidak diamati dengan mikroskop optik, namun dibuktikan dengan peningkatan kekerasan baja yang mencapai kekerasan fasa martensit 62,5 HRC. Proses single temper selama 45 menit dapat meningkatkan ketangguhan baja menjadi 15,36 Joule, yang mengindikasi terjadi peningkatan keuletan.Kombinasi kekerasan dan keuletan yang mendekati standar yang disyaratkan Bohler dicapai dengan air quenching pada temperatur pemanasan 1000oC selama 30 menit, diikuti dengan single temper pada temperatur pemanasan 550oC selama 45 menit. |