Perselingkuhan dalam pernikahan memberikan dampak berkurangnya rasa percaya baik pada pasangan dari si pelaku perselingkuhan maupun pada anak-anak mereka. Anak-anak yang mengalami konflik dalam keluarga seperti perselingkuhan orang tua memiliki rasa percaya yang rendah terhadap orang lain terutama pasangannya ketika mereka beranjak dewasa muda. Akan tetapi, relasi dengan orang tua pasca konflik turut mempengaruhi rasa percaya anak dalam sebuah intimate relationship. Orangtua, baik ayah maupun ibu, yang tetap membina relasi yang baik dengan anak-anaknya, akan memungkinkan mereka tumbuh dengan sikap positif terhadap calon pasangan hidup mereka. Sayangnya, relasi semacam ini sulit berkembang dalam budaya Indonesia. Untuk melihat gambaran rasa percaya dewasa muda yang mengalami perselingkuhan orang tua terhadap pasangannya, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam. Mempertimbangkan pengaruh dari kecenderungan pribadi dalam memandang kehidupan ini, maka seleksi subjek dilakukan dengan kuesioner Philosophies of Human Nature. Dengan demikian rasa percaya yang tergali diyakini bersumber dari perselingkuhan orang tua dan bukan karena kecenderungan pribadi subjek. Teori rasa percaya yang terdiri dari trusting beliefs dan trusting intention dari Mayer merupakan teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewasa muda yang mengalami perselingkuhan orang tua memiliki rasa percaya pada pasangannya masing-masing. Para subjek penelitian ini meyakini adanya integritas, ability dan benevolence pasangannya, yang kemudian mengarahkan subjek untuk mengandalkan pasangannya. |