Manusia tidak pernah lepas dari aktivitas bekerja. Ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada pula yang bekerja untuk mencari identitas. Apabila ditelusuri lebih jauh lagi, sebuah pekerjaan lebih berkaitan dengan kebutuhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi semata. Namun, pada kenyataannya setiap pekerjaan memiliki batas waktu. Batas waktu dalam pekerjaan sering disebut sebagai sebagai masa pensiun. Masa pensiun akan membawa dampak yang berbeda-beda pada setiap individu. Ada beberapa pekerja yang merasa bahwa dengan pensiun, ia telah dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan ’selamat’ tanpa cela. Namun, disisi lain tidak jarang pula individu merasa bahwa masa pensiun adalah masa yang tidak menyenangkan. Masa pensiun dianggap sebagai masa bermasalah karena pada masa ini mereka telah kehilangan pekerjaan yang mungkin saja merupakan bagian dari identitas dirinya. Ketika menjalani masa bermasalah ini, mungkin saja individu tersebut juga akan mengalami kecemasan. Apabila kecemasan tersebut diinterpretasikan secara negatif maka yang akan tampak adalah individu menjadi over sensitive. Kondisi over sensitive ini dapat menjadi masalah yang serius bagi individu dan salah satu bentuk masalahnya adalah post-power syndrome. Solution-focused therapy adalah terapi yang memiliki fokus pada solusi, bukan pada masalahnya. Terapi ini membantu klien untuk memahami, mencari, dan merencanakan solusi dari setiap permasahan yang dialami tanpa mengurangi atau meniadakan telaah masalah terlebih dahulu. Terapi ini juga dapat diterapkan untuk membantu individu agar dapat melewati transisi perubahan dalam hidupnya. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat modul intervensi dan mengetahui keefektifan dari solution-focused therapy bagi individu yang mengalami post-power syndrome. Hasil analisis yang dilihat berdasarkan proses berjalannya suatu terapi, dapat dikatakan bahwa setiap sesi mempunyai makna yang berbeda bagi para subjek. Secara umum, subjek dalam penelitian ini baru dapat mulai terbuka pada sesi ketiga. Sedangkan hasil analisis dilihat berdasarkan keefektifan suatu terapi maka dapat dikatakan bahwa terapi ini cukup efektif diterapkan pada individu post-power syndrome. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan skor tingkat kecemasan yang cukup besar pada dua subjek dalam penelitian ini. Meskipun, terdapat beberapa keterbatasan penelitian seperti, alat ukur postpower syndrome yang berupa wawancara, keterbatasan waktu peneliti dalam melaksanakan terapi namun apabila diambil kesimpulan secara garis besar maka dapat dikatakan bahwa solution-focused therapy cukup efektif dan bermanfaat dalam membantu individu mengatasi masalah post-power syndrome. |