Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam hidup manusia, dan perkawinan itu sendiri dapat memberikan arti dan identitas suatu kehidupan bagi individu. Banyak pasangan suami istri yang tidak menyadari hal ini, sehingga banyak terjadi pertengkaran dalam perkawinan. Perkawinan dapat memberikan kepuasan ketika kedua pasangan dapat sepenuhnya menerima pasangannya dan tidak menuntut pasangannya untuk merubah perilakunya. Dengan menggunakan choice theory, pasangan suami istri akan diminta untuk menyadari bahwa perilaku yang dapat dikontrol adalah dirinya sendiri, sehingga tidak disarankan untuk mengontrol pasangannya. Berdasarkan hal ini, penulis menggali masalah yang terjadi dalam perkawinan, kepuasan akan perkawinan, kebutuhan pasangan suami istri akan pelatihan dengan menggunakan choice theory, sehingga akan menghasilkan modul pelatihan yang dapat digunakan konselor perkawinan untuk membantu pasangan suami istri dalam meningkatkan kepuasan perkawinan mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, di mana memungkinkan penulis untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan mendetail mengenai isu-isu yang terkait dalam penelitian ini. Subyek dalam penelitian ini adalah 5 pasangan suami istri dan 2 konselor perkawinan. Setelah itu, akan disusun sebuah modul sebagai salah satu pengembangan dalam menyusun penelitian. Modul pelatihan akan melakukan validasi dengan cara uji coba pelatihan dan meminta feedback dari konselor perkawinan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah walaupun para pasangan suami istri merasa puas dengan kehidupan perkawinan yang dijalaninya, namun pasangan suami isri masih mengalami masalah-masalah karena masih menuntut pasangannya untuk berubah. Hal ini kemudian membuat mereka membutuhkan pelatihan. Pelatihan yang diberikan memberikan pengetahuan mengenai kehidupan perkawinan, sehingga membuat mereka mengetahui cara yang lebih baik untuk mengatasi konflik. Hal ini diyakini dapat membantu mereka dalam meningkatkan kepuasan dalam perkawinan. |