Manajemen harus melakukan perencanaan laba yang baik sehingga dapat mengelola sumber dayanya secara efektif dan efisien. Salah satu analisis yang dapat dipakai untuk melakukan perencanaan laba adalah analisis CVP. Analisis CVP memiliki banyak manfaat, antara lain menentukan jumlah produk yang harus dijual; mengetahui seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian; menentukan harga jual yang layak; mengetahui dampak perubahan harga jual terhadap volume penjualan dan pengaruhnya terhadap jumlah laba yang akan diperoleh; memberikan bahan pertimbangan apakah perusahaan harus melakukan perluasan usaha atau tidak; memutuskan produk mana yang akan ditingkatkan penjualannya dan produk mana yang akan dihentikan produksinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa titik impas untuk periode Juli sampai dengan Desember 2007 adalah Rp 153.765.334 atau sebesar 1.538 pasang. Kenaikan pada anggaran biaya pada Januari sampai Juni 2008 menyebabkan kenaikan titik impas menjadi Rp351.897.181 atau 3.519 pasang. Laba yang dianggarkan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2008 naik 15% dari yang dicapai pada Juli sampai dengan Desember 2007 yang sebesar Rp 96.859.595 menjadi Rp 111.388.534, sehingga penjualan yang dianggarkan pada Januari sampai Juni 2008 juga naik dari penjualan yang dicapai pada Juli sampai Desember 2007, yaitu sebesar Rp 512.400.000 atau 5.124 pasang menjadi Rp1.283.793.167 atau 12.838 pasang. Kenaikan tingkat penjualan dan titik impas tersebut juga menaikkan MOS yang sebesar Rp 358.634.666 menjadi Rp 931.895.986. Kenaikan pada tingkat laba dan penjualan yang dianggarkan menyebabkan penurunan operating profit margin sebesar 18,9% menjadi 8,68%. |