Penelitian mengenai penyalahgunaan narkoba cukup besar jumlahnya. Namun penelitian mengenai kebutuhan akan konseling keluarga masih langka. Padahal banyak keluarga pengguna narkoba suntik (penasun) mengalami disfungsi akibat dari perilaku penasun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan akan layanan konseling keluarga baik pada pengguna napza suntik maupun significant others. Konseling keluarga, adalah layanan terapetik untuk membantu anggota keluarga mengatasi masalah-masalah dan dapat dicapai melalui intervensi yang berfokus pada perubahan dalam sistem keluarga (Goldenberg & Goldenberg, 1983). Sementara Penasun, yang umumnya remaja, adalah para penyalahguna napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) dengan cara menyuntikkan napza ke dalam pembuluh darah. Significant Others dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki hubungan emosional dengan penasun, bisa berupa anggota keluarga inti, keluarga besar, teman dekat atau sahabat karib, maupun kekasih, yang memiliki hubungan penting dan berpengaruh pada kehidupan penasun. Penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed method), yaitu metode penelitan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian adalah penasun yang usianya berkisar antara 23-40 tahun, terdiri atas 20 laki-laki dan 5 perempuan, serta 5 orang significant others yang seluruhnya diambil dari daerah Jakarta Barat. Teknik analisis data kuantitatif berupa analisis deskriptif dengan menggunakan rumus persentase (%). Instrumen yang digunakan untuk penelitian kuantitatif berupa daftar cek masalah, sedangkan untuk penelitian kualitatif digunakan wawancara, observasi partisipasi dan diskusi kelompok terfokus (focused group discussion). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan-alasan menggunakan narkoba seperti keingintahuan (64%, ingin mencoba, coba-coba), tekanan atau pengaruh teman sebaya (23%), dan pelarian dari kenyataan hidup yang menekan (13%). Ternyata perilaku penasun (keterlibatan dalam penggunaan narkoba) itu mempengaruhi orang sekitarnya, seperti gejala kodependensi pada anggota keluarga (64%), terjadi pertengkaran antar anggota keluarga (60%), pengangguran orangtua ataupun anggota keluarga lainnya (60%), dan kekerasan dalam rumah tangga (44%), perceraian (40%), alkoholik (36%), dan penggunaan narkoba pada anggota keluarga lain (32%), dan hubungan yang bermasalah dengan orangtua (40%). Akibat dan pengaruh tersebut menunjukkan bahwa masalah yang dialami oleh penasun dan keluarganya serta orang terdekat lainnya itu sangat problematik. Problematika masalah mereka menjadi indikasi kebutuhan akan layanan konseling, terutama dalam bentuk layanan konseling keluarga. Sebanyak 84% anggota keluarga menyatakan bahwa mereka membutuhkan layanan seperti konseling keluarga. Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penanganan penasun perlu juga melibatkan anggota keluarga dan significant others lainnya dalam bentuk layanan konseling, bukan hanya famakoterapi (pengobatan) saja. Pelibatan anggota keluarga dapat dilakukan dalam bentuk konseling, antara lain, konseling keluarga. |