Kualitas guru berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Jika kualitas guru rendah, sudah jelas kualitas pendidikan pun secara umum akan rendah. (Danumihardja, 2001). Kurangnya perhatian dari pemerintah, mengakibatkan terhambatnya perkembangan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini berakibat, masih kurangnya lembaga pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan fasilitas yang lengkap dan menunjang. Selain itu, salah satu masalah yang cukup penting adalah bahwa calon tenaga pendidik tidak diberikan informasi yang cukup tentang pendidikan inklusif. Sebagai salah satu sumber daya, tenaga pendidik memiliki posisi yang paling strategis dalam kegiatan pendidikan di jalur sekolah. Hal ini menimbulkan persepsi pada guru SLB-B mengenai kesejahteraanya baik secara fisik maupun psikologis sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan penting pada diri guru SLB-B. Adanya kesenjangan antara tuntutan yayasan Santi Rama dengan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidiknya dalam menjalani pekerjaan, pada akhirnya pun tidak saja dapat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja mereka, tetapi pada akhirnya dapat pula memperbesar kemungkinan terjadinya stres dalam pekerjaan. Agar kemungkinan untuk terjadinya stress kerja rendah, diperlukan tingkat kualitas kehidupan kerja yang tinggi, yang dapat dilihat dari sepuluh faktor yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti ingin melihat faktor apa saja dari kualitas kehidupan kerja yang mempunyai hubungan dengan stress kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan instrument penelitian berupa alat ukur kualitas kehidupan kerja yang disusun bersama dalam penelitian payung, serta alat ukur stress kerja dengan acuan konsekuensi stress berdasarkan model Robbins (2003). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala kualitas kehidupan kerja yang terdiri dari 10 faktor, yaitu kompensasi, supervisi, integrasi sosial, lingkungan fisik, pertumbuhan dan perkembangan, rasa aman, variasi pekerjaan, partisipasi, relevansi sosial pekerjaan, keseimbangan kehidupan kerja dengan kehidupan di luar kerja. Untuk skala stress kerja yang terbagi atas gejala fisik, psikologis, dan perilaku. Interpretasi dari hasil penelitian ini adalah apabila kualitas kehidupan kerja cenderung terpenuhi, maka stress yang dialami oleh pekerja akan semakin rendah. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin terpenuhinya kualitas kehidupan kerja pada guru SLTPLB dan SMLB Santi Rama, maka tingkat stress mereka akan semakin rendah. |