Angkak, hasil fermentasi beras oleh Monascus spp., telah digunakan sebagai pewarna makanan di Asia. Saat ini, juga digunakan untuk mengatasi trombositopenia pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Namun, belum ada bukti ilmiah mengenai manfaat angkak tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian angkak terhadap jumlah trombosit menggunakan hewan model mencit trombositopenia. Sembilan grup mencit C3H (n=2-4) yang digunakan terbagi menjadi grup baseline; plasebo selama 7 hari (P7h); P7h+ekstrak angkak (A) 7h; P7h+P7h; kloramfenikol (CAP) 7h; CAP7h+A7h; CAP7h+P7h; CAP14h+A7h; dan CAP14h+P7h. Seluruh perlakuan pemberian dilakukan melalui oral. Hasil in vivo menunjukkan hubungan tidak nyata antara pemberian angkak dan jumlah trombosit (P>0.05). Jumlah trombosit pada perlakuan P7h+P7h terhadap P7h+A7h terlihat berbeda (672 vs 803), tetapi ANOVA menunjukkan tidak berbeda nyata karena variasi antar hewan. Jumlah trombosit pada perlakuan P7h dan P7+P7h relatif lebih rendah dibandingkan dengan baseline sehingga pemberian CAP terlihat tidak menurunkan jumlah trombosit grup kontrol. Angkak tidak menunjukkan efek positif dan negatif pada mencit normal dan perlakuan CAP. Di samping percobaan in vivo, penjajakan aplikasi angkak pada dokter dan pasien DBD menunjukkan penggunaan angkak sebagai salah satu pengobatan non-medis banyak digunakan di pasien DBD, meskipun tidak dianjurkan, namun tidak dilarang oleh dokter. |