Self-esteem adalah suatu penghargaan, penilaian, persetujuan seseorang atas dirinya sendiri, serta bagaimana seseorang inenyukai dirinya sendiri. Perkembangan selfesteem sejalan dengan erkembangan kOnsep dari manusia. Awal perkembangannya pun dimulai dan awal perkembangan dan interaksi individu dengan individu lain. Menurut Burns (1982) self-esteem mulai terbentuk melalui pengalaman—pengalaman dalam lingkungan sosial yang paling kecii, yaitu keluarga. Bagairnana pandangan keluarga tentang dirinya serta bagaimana penilaian anak tersebut terhadap perlakuan keluarganya akan mempengaruhi pandangaxinya tentang dirinya di masa akan datang. Setiap anak tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, yang mungkin tidak hanya terdini atas orangtua saja, tetapi juga saudara-saudara yang lain. Justru saudara-saudaranya inilah yang akan memberikan pengaruh yang terbesar dalam diii seorang anak. Self-esteem merupakan faktor yang dipelajani, dibentuk dan dikeinbangkan atas dasar interaksi individu dengan lingkungannya. Urutan anak dalam keluarga dapat sangatmempengaruhi selfesteem yang dimiliki seseorang, apakah ia sebagai anak sulung, anak tengah, anak bungsu ataupun sebagai anak tunggai dalam sebuah keluarga. Penelitian Zajonc (1976, 1983) & Hudson (1990) menunjukkan bahwa anak pertama lebih sukses danipada anak-anak lainnya, sehingga seharusnya dapat dikatakan bahwa self-esteem anak pertama lebih tinggi daripada anak kedua. Hal ini sesuai dengan pendapat Gekas dan Schwalbe (dalam Deaux,1993) yang menyatakan bahwa kesuksesan akan menyebabkan self-esteem yang positif Akan tetapi Zimbardi & Formica memprediksikan bahwa anak pertama merniliki self-esteemyang cenderung rendah. Hasil penelitian Kaplan (1970) juga mendukung prediksi Zimbardi & Formica. Jadi masalah dalam penelitian |