Pada dasarnya, setiap pekerja memiliki resiko untuk mengalami stres di tempat kerjanya. Menurut teori mengenai stres, orang-orang yang menghabiskan sebagian waktu mereka untuk bekerja bersama dengan orang lain yang bermasalah adalah orang-orang yang paling beresiko mengalami stres. Terapis anak autis adalah salah satu dari pekerja yang memiliki tingkat stres cukup tinggi, karena para terapis ini bekerja dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus, atau berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak autis memiliki kelainan atau hambatan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Dengan adanya gangguan ini, secara otomatis anak autis kurang dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungannya. Para terapis ini bertugas untuk membantu anak autis agar pada akhirnya mereka dapat lebih berkembang dan memiliki perilaku yang sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori sumber stres dari Coyne & Holroyd, yang membagi sumber stres menjadi dua bagian besar yaitu physical stressors (suara yang tinggi dan kuat, cahaya dan suhu yang ekstrem, kepadatan populasi dan peralatan kerja) dan psychological stressors (tekanan, frrustasi, konflik, serta ketakutan dan kecemasan). Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif dengan metode pengambilan data adalah wawancara. Jumlah sample adalah 3 orang terapis anak autis di sekolah Y. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres pada masing-masing partisipan memiliki variasi dan kombinasi yang beragam. Ketiga partisipan mengalami stres terhadap suara yang tinggi dan kuat, tekanan, frustrasi yang bersumber dari konflik, serta ketakutan dan kecemasan. Sedangkan ketiga partisipan tidak mengalami stres pada faktor cahaya dan suhu yang ekstrem, peralatan kerja, dan approach-approach conflicts. Hal lain yang didapat adalah ada banyak faktor di luar teori yang ternyata juga dapat menjadi faktor penyebab stres bagi para terapis, misalnya hubungan dengan rekan sekerja, lama bekerja sebagai terapis, anak autis, dukungan keluarga, kepadatan jadwal dan rutinitas kerja, serta ketidaksesuaian beban kerja dengan gaji yang didapat. Saran metodologis untuk penelitian selanjutnya adalah agar peneliti melakukan pengambilan sample dengan karakteristik yang lebih beragam, misalnya dengan terapis yang sudah berkeluarga, dan dari berbagai golongan ekonomi, sehingga faktor-faktor penyebab stres dapat terlihat lebih mendalam. |