Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being religious), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama (having religion). Religiusitas terdiri dari lima dimensi yaitu dimensi ideologi, konsekuensi, pengalaman, pengetahuan, dan ritual (Glock dalam Paloutzian, 1996). Religiusitas seseorang dapat dilihat jika orang tersebut mensyukuri hidup dan percaya kepada Tuhan, bersikap toleran, dan menjalani ajaran agama. Dengan kata lain, masing-masing orang dapat memiliki komitmen religiusitas yang berbeda-beda. Satu dari banyak organisasi keagamaan yang ada adalah Legio Maria. Legio Maria merupakan sebuah organisasi doa sekaligus organisasi pelayanan. Sebagian besar anggota Legio Maria di kuria X merupakan orang dewasa muda. Masa dewasa muda dapat dikatakan sebagai masa bermasalah karena pada masa ini orang akan menghadapi banyak masalah baru. Masalah-masalah baru yang timbul tersebut semakin diperburuk dengan kurangnya persiapan yang dimiliki seseorang yang memasuki masa dewasa muda (Hurlock, 1986). Salah satu dari masalah baru bagi orang dewasa muda yang dirasakan sangat berpengaruh adalah tuntutan untuk memiliki pekerjaan. Ketidak mampuan dalam memenuhi tuntutan tugas perkembangan dapat menyebabkan orang tersebut mengalami krisis yang akhirnya dapat mempengaruhi kondisi sychological well-beingnya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa komitmen religiusitas memiliki hubungan yang positif dengan psychological well-being. Dengan kata lain, seseorang yang mengikuti kegiatan keagamaan diasumsikan akan memiliki kondisi psychological well-being yang baik. Psychological wellbeing terdiri dari enam dimensi yaitu dimensi penerimaan diri (self acceptance), penguasaan lingkungan (environmental mastery), otonomi (autonomy), hubungan yang positif dengan orang lain (positive relations with others), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan diri (self growth). Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil psychological well-being para anggota Legio Maria dewasa muda di kuria X. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah statistic deskriptif. Karakteristik sampel dari penelitian ini adalah anggota Legio Maria yang memiliki umur antara 20 - 40 tahun dan telah bekerja. Penelitian dilakukan terhadap 62 orang subjek. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling karena keterbatasan waktu dan tenaga peneliti. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat ukur Scales of Psychological Well-Being (SPWB) Ryff, setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur sebelumnya. Dari hasil uji validitas, didapatkan 64 item yang valid dari 84 item yang diujikan. Sedangkan dari uji reliabilitas, diperoleh koefisien reliabilitas alat ukur sebesar 0.924. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa psychological well-being para anggota Legio Maria dewasa muda di kuria X termasuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti bahwa anggota Legio Maria dewasa muda di Kuria X memiliki kondisi psychological wellbeing yang cukup baik, namun masih berpotensi untuk dikembangkan lagi. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti dukungan sosial, motivasi bergabung dengan Legio Maria, evaluasi terhadap keberadaannya dalam Legio Maria, serta aktivitas-aktivitas dalam Legio Maria. Di samping itu, dari tes uji beda (t test) yang dilakukan diketahui pula bahwa tidak terdapat perbedaan psychological well-being antar anggota Legio Maria dewasa muda di Kuria X berdasarkan aspek demografis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah ada sebelumnya (Robinson dkk., 1991) yang menyatakan bahwa aspek demografis dan klasifikasi sosial hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap kondisi well-being seseorang. Para anggota Legio Maria dewasa muda di Kuria X pun memilih dimensi hubungan yang positif dengan orang lain sebagai prioritas pertama dan dimensi penguasaan lingkungan sebagai prioritas yang terakhir. Berdasarkan kesimpulan tersebut, diharapkan para dewan dan pengurus Legio Maria dapat lebih memperhatikan kondisi psychological well-being para anggotanya dengan menciptakan rencana kerja yang dirasakan bermanfaat bagi mereka. Penelitian ini pun memiliki kelemahan yaitu terbatasnya jumlah sampel, jumlah item yang terlalu banyak, penggunaan metode try out terpakai. |