Waria merupakan salah satu bentuk kelainan seksual yang dapat digolongkan ke dalam kelompok Transseksualisme, yaitu seseorang yang mengalami penyimpangan identitas jender. Sebagian orang beranggapan bahwa waria merupakan suatu fenomena sosial yang menarik karena penampilan mereka yang unik dan khusus. atau terkadang dianggap aneW tidak wajar. Banyak masalah yang sering dijumpai kaum waria mi, mulai dan pergelutan dan dalam dirinya mengenai identitas jendernya, penolakan keluarga , sampai ke masalah pasangan hidup dan pekerjaan. Terkadang ketika menghadapi penderitaanpenderitaan yang datang. timbul rasa putus asa, perasaan din tidak berharga sehingga terkadang terlintas didalam pikirannya untuk mengakhini hidupnya. Dalam kondisi yang seperti i, seseorang akan merasakan kekosongan dan kehampaan hidup. Meskipun hidup manusia tiak bebas dan segala penderitaannya, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk mengambil sikap yang tepat terhadap kondisi-kondisi yang dialaminya dalarn hidupnya. Menurut Logoterapi, bila makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi, maka akan dirasakan sesuatu yang berarti dan berharga yang pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia sebagai akibat sampingnya. Dengan demikian, makna hidup merupakan seseuatu yang penting untuk diteliti. Memahami bagaimana pendenitaan yang dialami seorang waria, khususnya waria dan kalagan bawah dan proses pencarian makna hidup serta komponen-komponen yang berperan dalam keberhasilan pencapaian hidup bermakna merupakan tujuan dan penelitian mi. Dalam metode, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Wawancara dilakukan terhadap 3 orang waria yang pernah dan masih bekerja sebagai Pekerja Seks Komersil di wilayah Pulomas dan sekitarnya. Dan hasil penelitian, ditemukan bahwa ketiga orang subyek (A, M dan E) mampu menemukan makna hidupnya melalui penderitaan yang dialaminya, akan tetapi hanya satu subyek saja yang mampu memenuhi makna hidupnya tersebut dan merasakan penghayatan kehidupan bermakna. Pada proses penemuan makna hidup, ditemukan enam buah komponen yang menentukan proses keberhasilan dalam mencapai hidup bermakna, yaitu pemahaman din, perubahan sikap, kegiatan terarah, makna hidup, keikatan din dan dukungan sosial. Keenam komponen mi di temukan pada subyek yang telah berhasil merasakan penghayatan hidup bermakna, sedangkan pada dua subyek yang lain ada beberapa komponen yang tidak ditemukan. Dan hasil penelitian dapat dilihat bahwa keberhasilan subyek A merasakan penghayatan hidup bermakna di dapat dan bentuk pernahaman din A yang lebih baik di bandingkan kedua subyek yang lain. Selain itu, dukungan sosial yang diperoleh subyek A juga membenikan |