Aktiva Tetap, khususnya Mesin Produksi membutuhkan alokasi dana yang relatif besar serta cukup material, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi struktur finansial Perusahaan. Oleh karena itu Pengendalian Internal dan pengawasan atas pemakaiannya haruslah sangat diperhatikan agar benefit yang diperoleh sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menganalisa apakah Sistem Pengendalian Internal, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sudah berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam prakteknya, dan memberikan saran perbaikan atas kelemahan-kelemahan tersebut. Dalam melaksanakan Pemeriksaan Manajemen, teknik-teknik audit yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang andal antara lain dengan melakukan wawancara (interview), observasi langsung ke lokasi, dan melakukan evaluasi dan analisa atas prosedur-prosedur dan kebijakan Perusahaan yang berkaitan dengan Mesin Produksi, yaitu Perolehan Mesin baru, Perbaikan Mesin, Penjualan Mesin usang, dan Peminjaman Mesin Produksi. Pengujian dilakukan terhadap semua transaksi Perolehan Mesin baru selama tahun 2005, yaitu sebanyak 14 buah transaksi. Sedangkan untuk transaksi Pemeliharaan Mesin Produksi, dan Penjualan Mesin lama dipilih beberapa transaksi yang dilakukan secara random. Hasil yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk Internal Control Questionnaire, Compliance Test, serta uji akurasi. Selain itu dilakukan juga rekonsiliasi dan verifikasi atas hasil inventarisasi dengan catatan Perusahaan untuk memperoleh keyakinan atas keberadaan dan kepemilikan Mesin Produksi Perusahaan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Pengendalian Internal atas Mesin Produksi PT Biginusindo Permai telah berjalan cukup baik, setiap transaksi yang terjadi telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Di sisi lain, masih ditemukan beberapa kelemahan, seperti penggabungan fungsi / tugas antara bagian Akuntansi dan Keuangan, bagian Pembelian dengan Bagian Akuntansi. Belum adanya kebijakan tertulis yang membedakan antara Capital Expenditures dengan Revenue Expenditures, pada transaksi Perolehan Mesin baru, tidak adanya PR secara tertulis serta penyerahan PO berbentuk blind copy kepada bagian yang membutuhkan ( petugas penerima barang), belum dimilikinya Kartu Aktiva Tetap dan Jadwal Penyusutan Aktiva Tetap yang menyebabkan masih terdapatnya Mesin Produksi yang sudah habis umur ekonomisnya masih tercantum dalam Catatan Perusahaan dan adanya Mesin yang idle, terdapat 4 buah transaksi dimana perhitungan biaya penyusutan yang dibuat tidak diterapkan secara konsisten sesuai dengan metode yang telah ditetapkan, serta posisi bagian Quality Control yang berada di bawah Manajer Pabrik yang menyebabkan fungsi dan wewenang yang dimilikinya sangat terbatas. Atas kelemahan-kelemahan tersebut, penulis menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Saran-saran tersebut antara lain, melakukan pemisahan atas fungsi / bagian yang masih digabung tersebut serta memberikan rincian tugas dari masing-masing bagian dengan lebih jelas agar karyawan mengetahui tugas, dan tanggung jawabnya. Pertimbangan untuk membuat kebijakan tertulis untuk membedakan antara Capital Expenditures dengan Revenue Expenditures, membuat PR dan penyerahan PO dalam bentuk blind copy kepada Petugas Penerimaan barang untuk mencegah kemungkinan terjadinya human errror ataupun kecurangan, dibuatnya Daftar Aktiva Tetap yang berguna sebagai alat pengendali / alat informasi untuk setiap transaksi yang dilakukan pada setiap Mesin Produksi. Pertimbangan untuk membuat Jadwal Penyusutan Aktiva Tetap yang dapat menunjukkan kapan suatu Aktiva Tetap akan habis umur ekonomisnya agar dapat dikeluarkan dari Catatan Perusahaan. Mempertimbangkan menggunakan anggaran / rencana pembelian Mesin Produksi baru agar Perusahaan memiliki estimasi dalam melakukan pembelian dimana hanya Mesin Produksi yang dibutuhkan saja yang dibeli. Sedangkan untuk biaya depresiasi yang tidak konsisten perlu dilakukan perhitungan dan pengecekan ulang oleh Manajer Akuntansi dan Umum yang dilakukan secara periodik atas biaya Penyusutan dan Akumulasi Biaya Penyusutan, serta mempertimbangkan kemungkinan bagian Quality Control menjadi independen / sejajar dengan bagian / fungsi lain. Tujuannya agar dalam memberikan hasil laporan kinerja, bagian Quality Control tidak lagi berada dalam kondisi di bawah tekanan dan terjaganya kondisi Mesin Produksi dari kerusakan yang tidak perlu. |