Dewasa ini, kekerasan dalam pacaran (KDP) belum diperlakukan sebagai fenomena sosial yang signifikan serta memerlukan penanganan cepat dan tepat. Sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, KDP dapat diulas erdasarkan berbagai macam sudut pandang, termasuk pendekatan ekologis. Menurut pendekatan ini, KDP disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan interaksi antara faktor individu, hubungan antar individu, komunitas dan sosial. Dengan sebab yang banyak dan saling berkaitan tersebut, KDP juga memiliki dampak yang beragam bagi korbannya, baik dari segi fisik, psikologis, kesehatan seksual dan reproduksi, maupun konsekuensi fatal seperti kematian, penularan HIV/AIDS, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus pada segi psikologis korban KDP, dimana ditemukan adanya keyakinan irasional yang melandasi munculnya beberapa dampak psikologis pada korban KDP. Salah satu dampak psikologis tersebut adalah depresi, yang disebabkan oleh adanya keyakinan irasional akibat pengaruh budaya, misalnya, ”Saya tidak pantas lagi hidup sebagai perempuan jika saya telah kehilangan keperawanan”, dan sebagainya. Albert Ellis (dalam Corsini & Wedding, 1989) berpendapat bahwa yang perlu diubah oleh individu untuk mengatasi masalah emosi maupun perilakunya adalah adanya keyakinan irasional yang dikembangkan sendiri oleh individu. Berlandaskan pendapat tersebut, Ellis (dalam Corsini & Wedding, 1989) mengembangkan sebuah terapi bernama REBT (Rational Emotive Behavioural Therapy) untuk membantu orang mengubah keyakinan irasionalnya menjadi lebih rasional. Oleh karena itu, untuk membantu korban KDP yang mengalami dampak psikologis, peneliti merekomendasikan REBT sebagai alternatif terapi. Dalam penelitian ini, peneliti hendak mendapatkan gambaran mengenai keyakinan irasional dari korban KDP, dan juga gambaran REBT sebagai alternatif terapi bagi korban KDP tersebut. |