Jakarta mengalami perubahan global yang besar, nyata dan cepat secara signifikan dalam berbagai sektor kehidupan manusia, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang erat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan itu identik dengan kegiatan persekolahan. Seperti yang diungkapkan oleh Adrian (2004) bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dengan demikian, kegiatan persekolahan adalah aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagian besar masyarakat sering mengeluhkan bahwa sekolah hanya menghasilkan tenaga-tenaga ahli dalam berteori saja, namun mereka kurang atau tidak bisa mengamalkan hasil pembelajarannya dari sekolah ke dalam praktik lapangan. Adapun keterhambatan pengembangan potensi kreatif dalam dunia pendidikan, tidak hanya dialami oleh para siswa, melainkan juga dialami oleh para guru, dimana pengaturan kurikulum yang sangat ketat membuat guru-guru mengalami konflik, dimana mereka berperan dalam pengembangan mutu pendidikan, namun juga dituntut untuk mencapai target pengajaran yang sudah ditentukan dalam waktu yang relatif singkat. Akan tetapi, upaya untuk mengatasi masalah tersebut, oleh Depdiknas sudah diadakan pembaharuan kurikulum, yakni KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pembaharuan kurikulum tersebut membuka peluang, bahkan menuntut kreativitas guru dalam menjalankan kurikulum tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, kreativitas ditekankan dalam kegiatan persekolahan, baik dari pihak anak didik maupun juga pendidiknya. Kreativitas yang dimaksudkan adalah bagaimana individu memahami lingkungannya dengan melibatkan potensi yang ada dalam dirinya, dan berupaya menghasilkan sesuatu yang berbeda atau unik guna mencapai tujuannya. Rowe (2004) mengatakan bahwa setiap individu memiliki potensi kreativitas, yang disebut dengan inteligensi kreatif, namun cara penyalurannya berbeda-beda. Rowe (2004) mengkategorikan cara penyaluran potensi kreativitas individu ke dalam empat tipe, yakni intuitif, inovatif, imajinatif, dan inspirasional. Dengan demikian, penting untuk mengetahui dan menyadari, tipe potensi kreativitas apakah yang dimiliki para pendidik supaya penyaluran potensi kreativitas guru pun bisa terlaksana dengan tepat dan berguna bagi kemajuan pendidikan sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui profil tipe potensi kreativitas guru, dimana peneliti memfokuskan pada guru sekolah menengah atas di Jakarta. Dalam pengukuran tipe pot ensi kreativitas guru, peneliti menggunakan kuesioner “Creative Potensial Profile Test” (Rowe, 2004), dimana alat tesebut adalah uji terpakai, yaitu sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sehingga pengambilan data hanya dilakukan sekali, namun karena kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah versi terjemahan alat tes ke dalam bahasa Indonesia, maka peneliti melakukan content validity, yaitu berdasarkan expert judgement dan uji keterbacaan kepada lima subyek dari lima sekolah menengah atas. Peneliti menyebarkan kuesioner secara incidental kepada guru-guru di 5 (lima) sekolah menengah atas di Jakarta, dan dari proses pengambilan data tersebut, didapati 70 data subyek yang terpakai. Penganalisisan data dilakukan dengan cara menghitung total skor dari keempat kategori tipe potensi kreativitas Rowe, dan pada kategori manakah yang didapati total skor terendah itulah yang menunjukkan tipe potensi kreativitas individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, guru-guru sekolah menengah atas memiliki berbagai tipe potensi kreativitas, yakni intuitif, inovatif, imajinatif, dan inspirasional, bahkan terdapat beberapa guru yang memiliki tipe gabungan. Namun guru yang bertipe potensi kreatif inovatif lebih mendominasi (62,86%) daripada ketiga tipe lainnya (intuitif: 8,57%; imajinatif: 17,14%; inspirasional: 8,57%). Hal ini berarti bahwa kebanyakan guru sekolah menengah atas memiliki karakteristik sebagai berikut: mempunyai sifat ingin tahu, cara berpikir sistimatik, rasional, senang melakukan penelitian dan analisis, kerja keras, tekun dan percaya diri untuk mencapai hasil, mengandalkan data-data atau buku-buku, lebih mengarah pada praktikal pemecahan masalah, serta orientasi ke masa depan. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan, yakni Depdiknas dan sekolah yang bersangkutan supaya beroleh gambaran mengenai tipe potensi kreatif yang dimiliki para guru sekolah menengah atas, guna memberikan pelatihan peningkatan kreativitas guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya keberhasilan pencapaian tujuan instruksional yang sudah ditentukan dalam kurikulum pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi penelitian selanjutnya untuk dapat lebih diperluas lingkupnya dan ditindak lanjuti dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Jakarta. Dengan pengetahuan akan tipe potensi kreatif yang dimiliki, juga dapat menjadi acuan guru untuk mengembangkan metode pengajarannya supaya lebih bervariatif, tepat sasaran, dan kreatif. |