Saat ini terdapat kurang lebih 150 perusahaan asuransi di Indonesia yang terdiri baik dari perusahaan lokal maupun perusahaan asing. Perusahaanperusahaan lokal harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing dalam hal mendapatkan klien. Perusahaan-perusahaan asuransi dibantu oleh para agennya agar bisa tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan asuransi lainnya. Agen asuransi adalah orang yang mewakili satu atau lebih perusahaan asuransi untuk menjual produk asuransi (Crane, 1980).Selain bersaing dengan perusahaan asing,seorang agen asuransi juga harus berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya asuransi. Kesadaran berasuransi pada masyarakat Indonesia masih sangat rendah, dikarenakan masyarakat Indonesia belum menganggap asuransi sebagai sebuah kebutuhan. Hal ini menyebabkan agen asuransi harus bekerja dua kali, pertama menyadarkan dan meyakinkan klien akan pentingnya asuransi, yang kedua baru menjual produk. Dengan perkataan lain agen asuransi memegang peranan yang penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan asuransi, kualitas agen asuransi akan menentukan kualitas perusahaan-perusahaan asuransi.Dalam usaha memajukan perusahaannya, perusahaan asuransi menentukan target yang harus dicapai bagi masing-masing agen. Apabila seorang agen asuransi telah mencapai target yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki prestasi kerja yang baik. Prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif. (Lawer, 1983). Pada agen-agen asuransi, prestasi kerja masing-masing agen asuransi dinilai atau diukur berdasarkan pada hasil produksi agen tersebut.Hasil produksi yang dimaksudkan di sini adalah jumlah premi yang diperoleh oleh masing-masing agen asuransi setiap bulannya.Robbins (1993) mengemukakan bahwa terdapat 2 faktor yang memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi kerja seseorang, yaitu ablity (kemampuan) dan trait kepribadian. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang agen asuransi adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara interpersonal.Menurut Pearson (1983), terdapat enam komponen penentu efektifitas komunikasi interpersonal yang dikategorikan menjadi tiga kategori besar, yaitu kejelasan/clarity (berupa efektifitas verbal dan non verbal), keyakinan diri/selfiv confidence (yaitu membuka diri dan self-assertion) dan kepedulian/ concern (berupa mendengarkan aktif dan memahami). Apabila seorang agen menguasai keenam komponen ini, maka dikatakan ia memiliki kemampuan berkomunikasi secara interpersonal yang baik.Kemudian, trait kepribadian individu juga berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang. Trait merupakan sebuah konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Model yang kini banyak digunakan untuk menggambarkan trait-trait kepribadian adalah Five Factor Model (FFM) dari Paul Costa dan Robert McCrae. Pendekatan trait ini dapat dengan baik menggambarkan kepribadian manusia. Costa & McCrae (dalam Cloninger 2000) membagi kecenderungan trait kepribadian seseorang ke dalam 5 faktor yang pada dasarnya merupakan dimensi, oleh karena itu setiap orang memiliki variasi secara kontinu. Sebagian besar orang berada di antara kedua kutub yang ekstrim pada tiap dimensi ini (Cloninger, 2000). Kelima dimensi ini yaitu Extraversion (E),Agreeableness (A), Neuroticism (N), Openness (O), dan Conscientiousness (C).Masing-masing dimensi ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap kinerja seseorang, dalam hal ini agen asuransi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan kecenderungan masing-masing trait kepribadian terhadap prestasi kerja dan hubungan kemampuan komunikasi interpersonal seseorang terhadap prestasi kerja. Kemudian secara lebih khusus lagi, peneliti ingin melihat apakah trait kepribadian dan kemampuan komunikasi interpersonal secara bersama-sama memiliki hubungan terhadap prestasi kerja.Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang menggunakan teknik pengambilan sampel ccidental sampling. Untuk mengukur trait kepribadian, peneliti menggunakan NEO-PI-R dari Costa & McCrae dan untuk mengukur kemampuan komunikasi interpersonal peneliti menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan enam komponen penentu efektifitas kemampuan komunikasi interpersonal menurut Pearson (1983). Sampel penelitian ini adalah agen asuransi jiwa yang ada di Jakarta. Dalam pengujian hipotesa, peneliti menggunakan metode perhitungan Pearson Product Moment dan Multiple Correlation. Pengujian validitas, realibilitas, dan hipotesa menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS versi 10.00 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara trait kepribadian neuroticism dengan prestasi kerja pada agen asuransi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara trait kepribadian extraversion dengan prestasi kerja pada agen asuransi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara trait kepribadian openness dengan prestasi kerja pada agen asuransi, terdapat hubungan positif yang signifikan antara trait kepribadian agreeableness dan prestasi kerja pada agen asuransi, terdapat hubungan positif yang signifikan antara trait kepribadian conscientiousness dan prestasi kerja pada agen asuransi, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan komunikasi interpersonal dan prestasi kerja pada agen asuransi. Kemudian, secara bersama-sama dengan kemampuan komunikasi interpersonal, trait yang dapat memberikan sumbangan terhadap prestasi kerja pada agen asuransi adalah trait kepribadian extraversion pada facet assertiveness, openness pada facet ideas,agreeableness dan conscientiousness. |