Kepribadian seseorang ditentukan oleh masa-masa perkembangan di awal kehidupan, yang biasanya terjadi di dalam suatu keluarga dan orang tua berperan sebagai tokoh penting dalam kehidupan anak. Namun, kendala-kendala dalam kehidupan berumah tangga terkadang menyebabkan orang tua tidak dapat mengasuh anak mereka. Salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala tersebut adalah menitipkan anak mereka di panti asuhan.Namun, tidak berarti masalah akan selesai setelah anak dititipkan di panti asuhan. Masalah baru muncul ketika pengasuh di panti asuhan umumnya seorang ibu, khususnya dalam pengasuhan anak balita. Padahal, menurut tahap perkembangan psikoseksual Freud, kedua figur orang tua berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak, khususnya pembentukan kepribadian berdasarkan jenis kelamin.Dampak pengasuhan yang hanya terdiri dari figur ibu, tanpa hadirnya figur ayah pada kepribadian di masing-masing jenis kelamin inilah yang ingin dilihat, untuk kemudian dibandingkan di antara kedua jenis kelamin. Penelitian dilakukan menggunakan alat tes kepribadian Fairy Tale Test yang terdiri dari 29 subscales.Karakteristik sampel penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Vincentius Putra dan Vincentius Putri (usia 6-12 tahun) yang saat balita diasuh di Panti Asuhan Pondok Si Boncel. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 14 anak dari Panti Asuhan Vincentius Putra dan 11 anak dari Panti Asuhan Vincentius Putri.Hasil penelitian ini menunjukan umumnya anak Panti Asuhan Vincentius Putra mempunyai skor yang tinggi pada subscales Sense of Property, Fear of Aggression, Oral Need, Desire to Help, Need for Affiliation, Anxiety, Depression,Need for Affection, Need for Protection dan Sexual Preoccupation jika dibandingkan dengan populasi anak seusianya. Dan umumnya anak Panti Asuhan Vincentius Putra mempunyai skor yang rendah pada subscale Relation with Mother dan Relation with Father. Pada anak Panti Asuhan Vincentius Putri,umumnya mempunyai skor yang tinggi pada subscales Desire for Material Things, Sense of Property, Oral Need, Need for Affiliation, Anxiety, Depression,Need for Affection, Need for Protection dan Need for Approval jika dibandingkan dengan populasi anak seusianya. Sedangkan anak Panti Asuhan Vincentius Putri mempunyai skor yang rendah pada subscales Relation with Mother, Relation with Father dan Self Esteem. Skor dari kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan menggunakan Mann-Whitney U Test, dan didapatkan adanya perbedaan signifikan yang bersifat marginal (LOS = 10%) pada subscales Desire for Material Things, Aggression Type A, Fear of Aggression, Desire to Help,Relationship with Mother, Adaptation to Fairy Tale Content dan Morality. Untuk memperkaya gambaran kepribadian anak Panti Asuhan Vincentius Putra dan Vincentius Putri, hasil yang didapat disertai data kualitatif, yaitu tipe Anxiety, jenis Desire for Material Things, Defence Mechanism anak, serta data mengenai karakteristik subjek berdasarkan hasil observasi dan wawancara.Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa kualitas hubungan antara anak panti asuhan dengan figur orang tua tergolong rendah. Rendahnya hubungan anak dengan figur orang tua ini membuat pola-pola khusus pada masing-masing jenis kelamin, yang terlihat melalui subscales yang berkaitan dengan afeksi, depresi,kebutuhan akan pertemanan dan hasrat untuk membantu, kecemasan,kepemilikan, moralitas, ketakutan akan agresi serta tingkat agresi.Maka dari hasil penelitian ini terlihat sangat pentingnya keberadaan pengasuh pada perkembangan kepribadian anak-anak panti asuhan. Sehingga peneliti menyarankan pentingnya penambahan jumlah pengasuh khususnya pada panti asuhan Pondok Si Boncel, agar dapat terpenuhinya kebutuhan anak akan figur orang tua, yang pada akhirnya menjadikan panti asuhan sedapat mungkin sebagai pengganti peran keluarga. Penambahan ini tidak hanya figur ibu, tetapi juga adanya kehadiaran figur ayah. Figur ayah ini bisa seorang biarawan yang rutin mengunjungi anak dan dapat memberikan perhatian kepada anak, sehingga anak bisa mendapatkan figur ayah.Jika hal ini sulit dilakukan, dapat diupayakan melalui penyeleksian penerimaan anak yang tinggal di panti asuhan dengan ketat. Penyeleksian yang dimaksud adalahmengupayakan anak yang masih mempunyai ayah dan ibu untuk tinggal bersama orang tuanya dengan biaya hidup dan sekolah dari panti asuhan.Melalui mekanisme ini dapat membuat jumlah anak di panti asuhan tidak terlalu banyak dan perbandingan antara jumlah pengasuh dan jumlah anak tidak terlalu besar, sehingga pengasuh dapat lebih maksimal dalam memperhatikan kebutuhan anak. |