Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ICS tenaga kerja asing (TKA)yang bekerja di Indonesia, baik dalam organisasi laba maupun nirlaba maupun yang berasal dari kebudayaan Barat atau Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan 13 subyek TKA yang berasal dari Australia, Norwegia, Inggris,Italia, Kanada, Jepang, India, Singapura, dan Filipina. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara semi-structured. Data hasil wawancara tersebut dianalisa menggunakan teknik content analysis (Mayring, 2000) menggunakan kerangka analisa yang disusun berdasarkan teori belief patterns Thomas (1999d), teori DMIS (Bennett, & Bennett, 2004), serta teori intercultural learning (Hoopes, 1981). Hasil temuan penelitian ini adalah gambaran ICS dari 13 subyek yang berbeda. Penelitian ini juga menggambarkan bahwa masalah power configuration suatu organisasi (laba atau nirlaba) mempengaruhi ICS individu dalam organisasi tersebut. Organisasi nirlaba memiliki power configuration yang lebih simetris daripada organisasi laba. Hal tersebut menyebabkan subyek dari organisasi nirlaba biasanya memiliki ICS yang lebih tinggi. Cultural distance (kebudayaan Barat atau Timur terhadap kebudayaan Indonesia) berdampak pada tingkat konflik dan ICS individu dalam kelompok budaya tersebut. Semakin jauh cultural distance, maka semakin tinggi tingkat konflik antara TKA dengan rekan kerja Indonesianya, hal tersebut dapat menyebabkan semakin para TKA tersebut harus beradaptasi dengan kebudayaan Indonesia. Hal ini menjelaskan mengapa ICS para TKA Barat biasanya lebih tinggi daripada ICS para TKA Timur. Selain itu, peneliti menemukan bahwa pengalaman dan exposure antar budaya berdampak pada pengembangan ICS.Masalah antar budaya yang paling sering dialami TKA adalah pola komunikasi orang Indonesia yang tidak langsung (indirect) dan kebiasaan “jam karet.” |