Penelitian ini dimaksudkan untuk bisa menemukan suatu pola pengembangan perilaku berwirausaha yang inovatif supaga dapat berhasil dan mampu bertahan hidup. Seperti diketahui bahwa rakyat Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan berat di bidang ekonomi. Banyak karyawan bahkan yang berpendidikan tinggi dan profesional dibidangnya terpaksa harus kehilangan pekerjaan. Kondisi seperti ini disatu sisi bersifat negatif tetapi disisi lain justru akan menimbulkan fenomena baru dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Contohnya hasil penelitian dari Shapero (dalam Holt, 1992) menemukan bahwa orang-orang yang me?asa terjepit (salah satunya mereka yang dibuang dari pekerjaan yaitu mereka yang kehilangan pekerjaan) justru akan memacu munculnya usaha-usaha baru. Jauh hari sebelumnya Peter Drucker (1988) senrang ahli manajemen Amerika membuktikan bahwa penyumbang terbesar perekonomian Amerika bukan dari perusahaan-perusahaan besar berteknologi tinggi, tetapi dari penciptaan lapangan kerja yang ribuan jumlahnya dari dunia wirausaha. Menurut Holt (1992) para ahli ekonomi Perancis, Inggris, dan Austria menulis dengan penuh antusias tentang entrepreneur atau wirausaha sebagai "change agents" dari ekonomi yang progresif. Fenomena ini perlu ditangkap sebagai salah satu peluang membangun ekonomi Indonesia yang berbasis wirausaha. Hal ini genting karena wirausaha biasanya merupakan usaha-usaha skala kecil yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Dengan demikian berhasilnya usaha-usaha kecil ini dalam menjalankan usahanya, disamping akan meningkatkan kemajuan ekonomi sekaligus akan mampu memperkecil jumlah pengangguran. Untuk Itu usaha-usaha kecil yang sudah tumbuh perlu dicarikan jalan keluar agar mempunyai pengetahuan yang memadai ketika menjalankan usahanya. Sebab menurut penelitian Dun & Bradstreet (dalam Holt, 1992) kegagalan pengusaha-pengusaha kecil ini 52% disebabkan karena masalah manajemen, dan 92% diantaranya adalah karena ketidakmampuan manajer mengelola dengan baik usahanya. Salah seorang yang berhasil mengembangkan wirausaha -wirausaha kecil tangga keahlian dan modal menjadi tenaga-tenaga wirausaha yang handal adalah Hatsopoulos (dalam Khalas & Suchon, 1995) seorang pemilik perusahaan Thermo Electron Corporation yang berpusat di Massachussetts, Amerika. Dengan sistem bagi hasil dan tehnologi inovasinya, tenaga-tenaga wirausaha ini menjadi tulang punggung Thermo Electro dalam mengembangkan usaha dan memenuhi permintaan pasar. Menurut Holt (1992) untuk bisa menjadi wirausaha ada dua syarat yang harus dimiliki, yaitu orang tersebut harus kreatif dan inovatif. Kreatifitas adalah kemampuan membawa sesuatu yang baru dalam kenyataan, sedangkan inovasi adalah menguyah gagasan kreatif kedalam penerapan yang bermanfaat. Pendapat ini sesuai dengan Drucker (1985) yang menyatakan bahwa agar berhasil seorang wirausaha harus belajar mempraktekkan inovasi secara sistimatik. Karena inovasi adalah alat khusus bagi para wirausaha. Holt (1992) dan Morgan (1993) sependapat bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir. Dan menurut Morgan (1993) dengan memandang kreatifitas sebagai suatu proses berfikir maka kita semua dapat mempelajari proses tersebut dan mengarahkan ke output atau hasil tertentu. Misalnya, kita mengembangkan kreatifitas kita untuk diterapkan dalam dunia bisnis. Menurut Holt (1992) dan Morgan (1993) ketika berfikir setiap individu memiliki satu kecenderungan yang kuat untuk menggunakan Otak kanan saja atau Otak kiri saja. Individu yang memiliki tendensi berfikir dengan Otak kanan cenderung berfikir secara analitik dan menekankan pada logika, sedangkan individu yang memiliki tendensi berfikir dengan Otak kiri senang berimajinasi dan mengutamakan intuisi. Untuk bisa berfikir kreatif dan inovatif kita harus menggunakan kemampuan Otak kanan dan kemampuan Otak kiri secara seimbang. Morgan (1993) mengusulkan satu tehnik yang berisi 12 tahap berfikir yang bisa diajarkan kepada setup individu agar individu tersebut mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan kreatifitas yang dimilikinya. Kedua belas tehnik ini menggabungkan pola berfikir Otak kanan dan pola berfikir Otak kiri secara seimbang, sehingga menghasilkan suatu kontinum tehnik berfikir kreatif yang merentang dari Otak sisi kiri ke Otak sisi kanan. Sedangkan Holt (1992) menyatakan bahwa diperlukan adanya 3 orang kunci dan 7 kondisi yang harus ada untuk terjadinya pembentukan entrepreneurship baru. Tiga orang kunci tersebut adalah (1) creative sources atau sumber kreatifitas, (2) champion yaitu orang yang menerukan gagasan, dan (3) sponsor yaitu orang yang mendukung terlaksananya gagasan. Sasaran pokok dalam penelitian ini pertama, dimaksudkan untuk dapat menemukan model asli bagi para wirausaha dalam menjalankan bisnis mereka saat ini. Kedua, menemukan suatu model intervensi yang relevan untuk meningkatkan perilaku inovatif mereka dalam berwirausaha pada para wirausaha. Untuk mewujudkan target yang sudah ditetapkan tersebut maka pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Research And Development, yaitu suatu penelitian yang ditindaklanjuti dengan pengembangan suatu model melalui siklus proses "Aksi-Refleksi-Evaluasi dan Inovasi" dalam suatu rangkaian kegiatan yang sistimatis. Pada tahap pertama, dilakukan penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan suatu gambaran yang utuh tentang arti kerja bagi para wirausaha, metode dan cara mereka mengoperasikan usaha, cara mereka memotivasi karyawan untuk memajukan bidang usaha, serta bagaimana para wirausaha memandang masa dengan. Di tahap pertama ini juga dimaksudkan untuk menemukan gambaran yang utuh tentang dimensi sosio-budaya yang ada pada para wirausaha yang menjadi landasan mentalitas dalam menjalankan usahanya saat ini. Temuan-temuan seperti ini akan dijadikan pijakan dalam membuat model baru peningkatan perilaku berwirausaha yang inovatif yang berakar kuat pada budaya masyarakat dimana mereka menjalankan usaha. Di tahap kedua (tahap aksi), bersama dengan para pengusaha kecil dilakukan uji coba dalam mencari bentuk baru model pendidikan berwirausaha yang inovatif yang lebih relevan dengan tuntutan era globalisasi, namun tetap memperhatikan dimensi sosio budaya masyarakat dimana usaha tersebut dijalankan. Pada tahap Ini akan dilakukan transformasi nilai-nilai yang sesuai dengan situasi masa kini dan masa yang akan datang. Juga akan dicobakan pengenalan nilai-nilai baru dalam menumbuhsuburkan perilaku berwirausaha yang inovatif agar selalu mampu mencari peluang baru sehingga selalu berhasil di masa yang akan datang. Tahap 3 (tahap refleksi dan evaluasi) adalah tahap pengkajian sekaligus penyimpulan hasil/tindakan. Tahap ini dilakukan setiap kali aksi berlangsung dan juga terhadap keseluruhan aksi yang akan dijalankan. |