Anda belum login :: 13 Jun 2025 23:03 WIB
Detail
BukuPerbedaan Komitmen Berorganisasi Berdasarkan Orientasi Peran Gender Pada Pemimpin Kelompok Sel Di Gereja-Gereja Protestan Di Jakarta
Bibliografi
Author: Karina ; BENEDICTA P. DWI RIYANTI (Advisor)
Topik: Perbedaan Komitmen Di Protestan
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2007    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Karina's Undergraduate Theses.pdf (697.14KB; 58 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-962
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Beberapa tahun terakhir ini terjadi maraknya pertumbuhan gereja sel dan kelompok sel di banyak gereja di berbagai tempat di Indonesia (Tuhumury, 2001). Salah satu alasannya adalah karena kelompok kecil telah terbukti menjadi sarana yang efektif untuk mendukung penginjilan, yaitu salah satu program yang sangat penting dalam gereja. Pelayanan Cluster atau Pelayanan Kelompok Sel atau Cell Group terbentuk bilamana ada 5 sampai 10 orang anggota Gereja berkumpul bersama untuk mengerjakan hal- hal yang yang menarik perhatian mereka yang berkaitan dengan Pelayanan Misi atau penginjilan tersebut (http://www.dci.org.uk/indonesian/ind-16.htm). Salah satu elemen terpenting dalam kelompok sel adalah pemimpin kelompok sel tersebut. Untuk memenuhi fungsinya kelompok sel harus digerakkan oleh seorang pemimpin kelompok sel yang berfungsi dengan baik (http://www.gbiajkt.com/indonesia/pelayanan/kelompoksel.htm). Namun banyak masalah yang terjadi sehingga menyebabkan pemimpin kelompok sel tidak efektif. Ketidakefektifan Pemimpin Kelompok Sel dapat menyebabkan kelompok sel yang dipimpinnya tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan gereja (http://www.mail-archive.com/search?l=i-kan-untuk-revival@xc.org&q).Peneliti menemukan bahwa dibutuhkan beberapa kualitas psikologis yang berhubungan peran gender agar seseorang bisa menjadi pemimpin kelompok sel yang baik (Filiyanti, 2006). Ada beberapa kriteria yang mewakili sifat femininitas dan ada pula beberapa yang mewakili sifat maskulinitas. Namun sejauh ini hal tersebut sama sekali belum dipertimbangkan saat mengangkat seorang pemimpin kelompok sel. Karena itu peneliti berasumsi bahwa dalam pelayanan pemimpin kelompok sel inipun terdapat masalah peran gender yang masih perlu diteliti lebih lanjut.Masalah kedua adalah tidak semua pemimpin kelompok sel memiliki komitmen yang baik terhadap gerejanya, atau dapat dikatakan bahwa tidak semua pemimpin kelompok sel memiliki komitmen berorganisasi yang tinggi. Tuhumury (2001) juga menjelaskan bahwa meskipun strategi kelompok sel ini dilakukan oleh banyak gereja, namun banyak pemimpin kelompok sel hanya menganggapnya sebagai variasi metode di antara semua kegiatan yang diprogramkan, dengan kata lain pemimpin kelompok sel tidak mengikuti misi gerejanya untuk mendukung strategi kelompok sel ini. Padahal memiliki anggota yang berkomitmen tinggi pada organisasinya adalah keuntungan besar bagi organisasi (Allen & Meyer, 1997).Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwa dalam kelompok sel ada permasalahan mengenai peran gender dan juga komitmen berorganisasi. Permasalahan penelitian ini adalah apakah ada perbedaan antara orientasi peran gender maskulin, feminim, androgyny, dan undifferentiated terhadap tiga dimensi komitmen berorganisasi, yaitu affective, continuance, dan normative commitment pada pemimpin kelompok sel di gereja.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study dan non experimental. Penelitian dilakukan kepada 111 pemimpin kelompok sel (49 laki-laki dan 62 perempuan) dari berbagai organisasi gereja di Jakarta. Organisasi gereja yang diteliti adalah gereja dengan aliran Protestan dan Pentakosta. Peneliti menggunakan dua instrumen untuk menjawab masalah penelitian. Instrumen penelitian yang pertama adalah hasil adaptasi Bem Sex Role Inventory yaitu Skala orientasi peran gender yang dilakukan oleh Waskito (Yuliastini, 1999) untuk kondisi Indonesia yang dimodifikasi lagi oleh Yuliastini terdiri dari 72 item yang terbagi menjadi 26 item maskulin, 26 item feminim, dan 20 item netral. Instrumen penelitian yang kedua adalah Skala Tiga Komponen Model Komitmen yang dibuat oleh Meyer & Allen (1997) yang telah diterjemahkan dan diadaptasikan dengan keadaan di Indonesia oleh peneliti terdahulu (Dahesihsari, 2000) yang terdiri dari 6 item normative commitment, 6 item continuance commitment, dan 6 item affective commitment. Dalam melakukan analisa data peneliti menggunakan SPSS 12 dan excel. Pengujian hipotesa utama dilakukan dengan One-way analysis of variance (ANOVA) untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan antara dua atau lebih populasi means. Sedangkan untuk pengujian tambahan peneliti menggunakan One-way analysis of variance (ANOVA), t-test, dan korelasi Pearson.Penelitian ini mendapatkan hasil Tidak ada perbedaan affective commitment antara orientasi peran gender maskulin, feminim, androgyny, dan undifferentiated dan Ada perbedaan continuance dan normative commitment antara orientasi peran gender maskulin, feminim, androgyny, dan undifferentiated. Pengujian tambahan yang dilakukan berdasarkan data demografis menunjukkan hampir tidak ada perbedaan atau hubungan antara seluruh data demografis tersebut dengan ketiga dimensi komitmen berorganisasi. Hanya jumlah pelayanan yang saat ini sedang dilakukan selain pemimpin kelompok sel yang menunjukkan adanya hubungan dengan affective commitment.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.078125 second(s)