Kesulitan membaca adalah ketidakmampuan dalam mengenal huruf, kata dan memahami fungsi serta makna yang dibaca. Kesulitan membaca dapat disebabkan kesalahan dalam mengidentifikasi kaitan bunyi-huruf, kebiasaan arah membaca yang salah, kelemahan dalam pemahaman, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan jenis bacaan dan kelemahan dalam kecepatan membaca. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf. Juel (1988) mengartikan membaca adalah proses mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu memahami dan membuat intisari dari apa yang dibacanya, dan melalui proses membaca seseorang mampu menceritakan kembali apa yang dibacanya dengan gaya dan bahasanya sendiri Siswa kelas I SD adalah siswa yang berusia 6 tahun sampai 7 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak telah memasuki masa operasional konkrit (Hurlock, 1980) yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas logis tertentu (operasional), namun hanya dalam situasi konkrit (terlihat dan yang dirasakannya). Pada usia ini seorang anak berada pada masa perpindahan dari cara berfikir pra-operasional kepada cara berfikir operasional yang konkrit. Siswa yang mampu membaca dengan baik akan mampu mengikuti proses belajar dengan baik, dan memiliki keuntungan berupa prestasi belajar yang lebih baik, yang dapat dipertahankan selama mengikuti proses belajar di sekolah. Penelitian dilakukan terhadap tiga kasus pada siswa kelas I SD Strada Bhakti Utama Jakarta Selatan, dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap subyek serta melakukan wawancara langsung kepada guru dan orang tua subyek. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan dalam membaca permulaan pada siswa kelas I SD dan memberikan solusi dalam penanganan siswa kelas I SD yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Dari hasil analisis kemampuan mengidentifikasi kaitan bunyi-huruf data menunjukkan ketiga kasus mengalami kesulitan dalam membaca kaitan bunyi-huruf, dan hanya mampu membaca untuk kata-kata yang mudah dengan intonasi yang jelas, fluensi lancar dan ekspresi datar. Dari kebiasaan arah membaca, data menunjukkan bahwa ketiga kasus mampu membaca dengan arah yang benar. Dari kemampuan pemahaman data menunjukkan ketiga kasus kurang memiliki kemampuan pemahaman dalam membaca. Dari kemampuan menyesuaikan diri dengan jenis bacaan data menunjukkan ketiga kasus belum mampu menyesuaikan diri dengan jenis bacaan. Penanganan terhadap kesulitan membaca permulaan dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode pengalaman berbahasa, dan orangtua perlu menyediakan buku cerita yang sesuai dengan kesukaan anak, agar anak termotivasi untuk membaca. |