Pada rentang usia 35-60 tahun, dewasa madya menghadapi banyak perubahan yang signifikan di berbagai area kehidupannya. Perubahan yang paling besar berkaitan dengan gaya hidup, yang dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan kesehatan, karir dan isu-isu financial, berubahnya peran dalam perkawinan, aktivitas waktu luang, serta nilai-nilai pribadi. Bagi banyak orang, usia midlife merupakan saat dimana seseorang bertanya pada dirinya sendiri berapa lama lagi waktu yang ia miliki, kemudian mulailah individu kembali mengevaluasi hidup mereka, hubungan personal dengan orang lain, pekerjaan mereka, bahkan mulai mempertanyakan arti dari semua hal di dunia ini. Proses tersebut dikenal dengan nama krisis paruh baya. Evaluasi paling penting yang dimiliki dewasa madya pada tahap ini adalah: apa yang bisa mereka lakukan, apa yang ingin mereka lakukan, dan apa yang diharapkan dari mereka. Para dewasa madya cenderung untuk menyesuaikan harapan idealistik mereka menjadi kemungkinan-kemungkinan yang realistik. Penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan biasanya memunculkan stress, terutama ketika seseorang harus menyesuaikan diri pada perubahan yang paling kentara, yaitu karir dan finansial, proses ini, bagi kebanyakan dewasa madya akan mengarah pada perubahan midlife career. Hidup di dunia yang penuh tantangan dimana generasi-generasi muda lahir dan mulai bekerja pada usia yang sangat muda, menyisakan dewasa madya dengan pilihan dan kesempatan yang semakin terbatas. Pilihan aktivitas yang paling mungkin untuk dijalani setelah pensiun adalah dengan berwirausaha. Dalam dunia modern wirausaha seringkali dimanfaatkan tidak hanya sebagai alat ekonomi, namun juga sebagai gaya hidup yang memenuhi kebutuhan manusia yang begitu kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi intensi dewasa madya memilih wirausaha, dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dewasa madya akan keamanan finansial, status sosial, pemenuhan harapan diri, tuntutan sebagai orang tua yang berhasil, kebutuhan mempertahankan eksistensi, dan berbagai kebutuhan lain. Menurut teori planned behavior (Azjen & Fishbein, 1980) intensi merupakan hasil dari bagaimana individu bersikap terhadap suatu objek, nilai-nilai yang ditekankan oleh lingkungan sosial, serta keyakinan diri untuk mencapai suatu kesempatan merealisasi dan perhitungan berhasilnya intensi tersebut. Dengan berpatokan pada teori ini, peneliti wirausaha Krueger (1993) menerapkannya dalam penelitian mengenai wirausaha, dan melahirkan model intensi kewirausahaan yang mengkaitkan intensi wirausaha dengan demografi, sikap individu terhadap prestasi, risiko, dan kebebasan, serta self-efficacy. Menggunakan kedua model intensi di atas, penelitian ini mengambil sudut pandang personal untuk menjelaskan intensi dengan metode kualitatif. Data-data penelitian dikumpulkan dengan melakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intensi wirausaha pada dewasa madya. Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa intensi wirausaha pada dewasa madya dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa wirausaha merupakan sesuatu yang mungkin; bahwa keberhasilan adalah hal yang mungkin, harus, dan sangat penting untuk diraih. Para responden umumnya menyadari kondisi perubahan yang sedang mereka hadapi, sebagian besar responden telah memikirkan dan merencanakan wirausaha sebagai pilihan karir midlife setelah pensiun. Para responden menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang termotivasi dan fokus, yang memiliki kapasitas untuk bekerja. Mereka juga mengungkapkan keinginan untuk berkontribusi pada masyarakat. Hambatan umum bagi dewasa madya untuk berwirausaha adalah ketakutan untuk memulai sesuatu yang baru pada usia yang tidak muda lagi, risiko kegagalan, serta tantangan yang menjemukkan. Namun pada dasarnya responden menemukan jalan keluar bagi mereka sendiri, yaitu memahami bahwa ketakutan muncul karena ketidaktahuan, sehingga untuk memerangi ketakutan adalah dengan belajar. Dukungan yang mereka peroleh dari orang-orang yang signifikan juga merupakan suatu modal yang paling mempengaruhi intensi wirausaha. Peneliti berharap bahwa pengalaman para responden dapat memberikan kontribusi dan pertimbangan bagi dunia wirausaha serta para dewasa madya dalam menghadapi fase paruh baya mereka. Pada akhirnya dewasa madya menemukan bahwa tahapan kehidupan yang sedang mereka jalani, yang merupakan jembatan menuju dewasa akhir, bukanlah semata-mata mengenai aging, melainkan mengenai living. |